Prof Achid bakal berpidato dalam pengukuhannya dengan mengangkat judul “Moderasi Beragama melalui Literasi Sastra Indonesia di Pondok Pesantren”.
Prof Achid menyatakan bahwa pesantren menyediakan lingkungan pembelajaran yang kuat dengan pendekatan kontekstual dalam pemahaman agama.
“Ini berarti pesantren mengajarkan nilai-nilai agama dengan memperhatikan realitas sosial, kultural, dan sejarah Indonesia. Dalam konteks moderasi beragama, pesantren memberikan pemahaman yang lebih luas tentang ajaran Islam yang mengedepankan rahmatan lil'alamin (rahmat bagi seluruh alam) dan prinsip-prinsip persaudaraan,”jelansya. Menurutnya, literasi sastra sangat penting diajarkan di pesantren karena sastra memiliki kesamaan dengan tasawuf, yaitu mendekatkan hati manusia kepada Allah SWT. “Kemampuan bersastra dalam diri santri dapat melembutkan hati, pikiran, dan perilaku. Hati, pikiran, dan perilaku yang lembut merupakan pangkal dari sikap keberagamaan yang moderat (tengah),”ujarnya.
“Sikap moderat merupakan salah satu sikap Nabi Muhammad SAW yang patut diteladani karena beliau adalah sosok yang adil bagi kaumnya dan bagi orang lain. Dengan pengetahuan agama dan sastra yang mendalam, santri memiliki kepekaan perasaan, kejernihan pikiran, dan sikap egaliter yang kuat. Praktik moderasi beragama melalui literasi sastra Indonesia oleh santri di pondok pesantren berangkat dari tradisi pembacaan kitab yang dilaksanakan secara bandongan dan sorogan,” papar Prof Achid.
Ia menyatakan bahwa sastra Indonesia telah lama masuk dalam pondok pesantren melalui literasi kitab yang dibaca, dipelajari, dan dipahami oleh santri dalam bingkai pondok pesantren dan kebangaasan Indonesia.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait