YOGYAKARTA, iNewsJatenginfo.id - Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen dan PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas). Rakernas mengusung tema “Meneguhkan Visi, Mengembangkan Kolaborasi, dan Menghadirkan Transformasi.” Kegiatan tersebut dilaksanakan Jumat (28/7) betempat di lantai 3 Ballroom SM Tower and Convention Yogyakarta.
Turut hadir Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi, Ketua PP Muhammadiyah bidang Pendidikan Prof Dr H Irwan Akib, MPd, Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah Didik Suhardi, PhD, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY Dr H Muhammad Ikhwan Ahada, SAg., MA, dan seluruh peserta Rakernas dari seluruh Indonesia.
Didik Suhardi selaku ketua Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen dan PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan bahwa Majelis Dikdasmen dan PNF harus bisa hadir dalam memberikan kompetensi kepada peserta didik. Kompetensi itu berkelindan dengan karakter kemampuan yang kuat, baik itu kemampuan akademik maupun kemampuan non akademik.
“Rakernas ini mengambil tema “Meneguhkan Visi, Kolaborasi, dan menghadirkan transformasi”. Tema ini di ambil dengan maksud menjalankan amanah PP Muhammadiyah yaitu menyelenggarakan pendidikan yang holistik, dimana kita memberikan kompetensi kepada peserta didik dengan karakter kemampuan yang kuat, kemampuan akademik dan non akademik yang harus dimilki anak-anak kita.
“ Pendidikan Muhammadiyah harus berperan penting mencetak generasi sebagai pelaku, pengambil keputusan dan pemimpin-pemimpin yang akan memegang tampuk pimpinan Indonesia emas 2045. Sehingga harapannya saat indonesia emas 2045 maka banyak kader-kader Muhammadiyah yang akan menjadi pemimpin, menjadi pelaku, dan juga para pengambil keputusan dan yang akan membawa Indonesia yang adil, makmur, dan Indonesia emas 2045,” ujarnya.
Banyak hal-hal penting yang dibahas pada Rakernas kali ini. Hal itu untuk kemajuan Majelis Dikdasmen dan PNF di masa yang akan datang.
“Pada Rakernas kali ini kita ingin membahas isu-isu penting yaitu pertama terkait dengan evaluasi PPDB, seperti yang kita ketahui bahwa sejak kebijakan zonasi ada tantangan-tangan besar yang harus kita hadapi terutama sekolah swasta,” ujarnya.
PPDB hadir bukan hanya untuk sekolah negeri tapi juga untuk sekolah swasta. Sudah ada beberapa provinsi yang melakukan PPDB. Harapannya ini bisa menjadi kebijakan nasional, pendidikan bukan hanya tugas pemerintah tapi juga para penyelengara pendidikan swasta yang ada, yang sudah berkonstribusi bahkan sebelum Indonesia merdeka.
Selain PPDB hal penting lain yang dibahas di dalam RAKERNAS adalah, digitalisasi pendidikan, revitalisasi Ismuba, pendidikan non formal, (paket kesetaraan dan kursus), membentuk suatu petugas penjamin mutu. Lebih lanjut, melakukan pemberdayaan ekonomi di sekolah melalui pembentukan koperasi-koperasi sekolah, ujian bersama sekolah Muhammadiyah, mengadakan sekolah unggulan disetiap satuan pendidikan, penguatan vokasi yang berorientasi pada masa depan
Dalam amanahnya, Haedar Nashir selaku ketua Umum PP Muhammadiyah , mengatakan bahwa Muhammadiyah sebagai perintis pendidikan modern. Oleh karenanya, Muhammadiyah akan terus melakukan usaha-usaha konstruktif untuk menjalankan roda pendidikannya, mulai dari tingkat dasar, menengah, sampai perguruan tinggi.
“(Ini) tidak lain ingin mewujudkan pendidikan Islam modern pada capaian utamanya. Yakni membentuk, mewujudkan masyarakat utama (khaira ummah), yang kita terjemahkan sebagai masyarakat Islam yang sebenar-benarnya di negeri Republik tercinta ini,” ucapnya.
Haedar menjelaskan jika periode ini Muhammadiyah menggariskan visi utamanya sebagai Muhammadiyah unggul-berkemajuan. Maksudnya seluruh gerak Muhammadiyah berikut organisasi otonomnya, semestinya melahirkan capaian-capaian yang lebih unggul. “Ini pekerjaan yang tentu tidak mudah. Tetapi kami yakin kita bisa mewujudkannya,” tegasnya.
Pada saat bersamaan, Haedar mengingatkan berpijak pada era kontemporer seperti sekarang ini, tengah dihadapkan dengan suatu ekosistem yang mengalami transformasi begitu kompleks. Ditambah tatanan dunia juga terjadi perubahan yang luar biasa, di mana kekuatan kemajuan tidak hanya berada di wilayah Eropa Barat dan Amerika, tetapi juga bergeser ke wilayah Timur, seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
“Di tengah perubahan itu, tentu Indonesia juga tidak bisa lepas dari berbagai pengaruhnya. Kita sebagai bangsa juga sedang menuju ke situ untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pemerintah menetapkan Indonesia Emas tahun 2045, bahkan mulai disusun pembangunan jangka panjang. Di situ disebut bahwa Indonesia yang berdaulatan, mandiri, dan berkepribadian,” katanya.
Haedar mengajak untuk memanfaatkan seluruh potensi dan sumber daya yang ada guna mewujudkan Indonesi Emas tahun 2045 mendatang. Haedar mengungkapkan jika Indonesia memiliki kekuatan sumber daya alam (SDA) yang melimpah ruah. Bersamaan dengan itu, Haedar mempertanyakan apakah SDA itu dikelola secara saksama untuk jagat orang banyak atau justru hanya untuk dipergunakan secara serampangan tanpa memikirkan dampak ke depan.
“Karena kekayaan yang luar biasa ini dia hanya merupakan potensi laten jika dia tidak diubah menjadi kesejahteraan, kemakmuran rakyatnya. Yang dengan itu rakyatnya lalu bisa punya daya saing yang tinggi dibanding bangsa-bangsa lain,” terangnya.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait