Kisah Inspiratif, Santri Mantan Marbot Masjid yang Jadi Penerima Beasiswa Doktoral Kemenag - LPDP

Moh. Miftahul Arief
Alvin Noor Sahab (27), majasiswa doktoral penerima Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) Kemenag-LPDP. Fpto ist

SEMARANG. iNewsJatenginfo.id - Alvin Noor Sahab, patut jadi inspirasi santri dan mahasiswa pengejar mimpi jalur beasiswa, pasalnya pada usianya yang baru menginjak 27 tahun, ia sudah menjadi penerima beasiswa atau awardee doktoral atau S3 dari LPDP-Kementerian Agama (Kemenag).

Namun, siapa sangka lika-liku meraih cita-cita bagi alumni Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak dan juga marbot masjid ini begitu panjang. 

Selepas lulus mondok, Alvin (sapaan akrabnya) melanjutkan kuliah S1 pada jurusan Hukum Tata Negara, di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Alih-alih jadi jadi penghuni kos sebagaimana mahasiswa pada umumnya, dirinya menjadi Marbot Masjid Al-Huda Janti Baru. Yogyakarta. 

Pilihannya menjadi marbot karena pertimbangan ekonomi. “Karena dengan menjadi Marbot Masjid dapat meringankan biaya hidup, tidak membayar uang bulanan yang seharusnya dibayarkan saat hidup di kos,” ujarnya, Senin (9/1/2023).

Ritme saat kuliah yang dilakoni pemuda asal Kudus, Jawa Tengah, adalah siangnya kuliah di kampus, lalu kembali ke masjid untuk aktifitas menjaga dan merawat masjid. 

“Kalau malam saya mengajar ibu-ibu lansia membaca al-Qur’an,” tutur  Pengelola Jurnal Indo-Islamika UIN Syarif Hidayatullah, itu.

Selepas mengajar ngaji, dia menjaga Warnet, yang saat itu masih diminati di Yogyakarta, aktifitas ini dilaksanakan hingga pukul 03.00 WIB, dini hari sebelum kembali ke masjid saat shalat shubuh. 

Untuk mengais rejeki lagi, setiap Minggu pagi sampai siang Alvin juga berjualan es teh di Sunmor, yaitu pasar dadakan yang berlokasi di sekitar kampus Universitas Gadjah Mada. 

“Saya menjalani itu semua hampir empat tahun lamanya, ya tetap bersemangat karena yakin akan harapan kelak impian masa depan terwujud,” tandas Alvin.

Di sela-sela kesibukan menjadi Marbot Masjid dan bekerja paruh waktu, Alvin masih aktif mengikuti organisasi seperti IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMAFTA (Ikatan Mahasiswa Alumni Futuhiyyah Yogyakarta), IKANMAS (Ikatan Mahasiswa Semarang), IKPM JATENG, JFB (Jogja Folding Bike), dan lain sebagainya. 

Meski demikian, tak lantas membuat Alvin terlena dalam akademik. Dirinya bertekad membuktikan bahwa meski aktivitas tetap tugas utamanya yaitu belajar tetap dapat diatur dengan baik. “Boleh menjadi aktivis, tapi jangan pernah lupa dengan tugas utamanya, yakni kuliah.Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan S1 di UIN Sunan Kalijaga dengan waktu 3 tahun 5 bulan dengan IPK cumlaude yaitu 3,70,” terang mahasiswa doktoral studi Islam UIN Walisongo ini.

Cita-cita professor muda

Alvin memiliki cita-cita tinggi, yakni ingin menjadi Profesor di usia muda. Untuk mencapainya, pada 201 dirinya memberanikan diri untuk mendaftar S2 melalui beasiswa LPDP Kementerian Keuangan. Sebelumnya ia melakukan riset kecil mulai dari bertanya kepada para awardee LPDP, membuat proposal tesis, konsultasi dengan beberapa dosen di UIN Sunan Kalijaga, dan tes Toefl. 

“Step by step saat mendaftar LPDP mulai dari seleksi administrasi, FGD, Essay on the Spot, dan Wawancara saya lewati, hingga akhirnya dinyatakan lolos sebagai awardee LPDP di UIN Syarif Hidayatullah,” tandasnya..

Saat menjadi UIN Syarif Hidayatullah di ibukota Jakarta inilah dirinya benar-benar merasakan manfaat dari beasiswa. “Memulai hidup baru di Ibukota Jakarta tentu tidak mudah, beasiswa LPDP ini menjawab kegelisahan saya saat hidup di Jakarta,” tukas Alvin.

Dirinya mengaku semua pembiayaan mulai biaya kampus sudah dibayarkan semua sampai lulus, mendapat uang bulanan, uang buku, dana penelitian dan lain sebagainya. Tugasnya hanya belajar dan belajar, maka dia mempunyai target selama kuliah S2 harus memiliki karya ilmiah, menguasai beberapa soft skill yaitu Desain grafis, Fotografer, Videografer, dan skill lainnya. 

“Alhamdulillah selama S2 di UIN Syarif Hidayatullah, saya telah menerbitkan 15 Artikel terindeks Sinta, 1 Scopus Q2, 1 Novel, 1 Buku Ilmiah on process, dan 1 Scopus Q1 on process 2023,” sambung pengurus LPBKI (Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman) MUI pusat ini.

Selepas lulus S2 beasiswa itu, dengan penuh keyakinan, doa, dan juga usaha Alvin mendaftar S3 Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP-Kemenag. Dia mempersiapkan dengan baik semua syarat mulai Toefl, Surat rekomendasi, hingga proposal disertasi. 

“ALhamdulillah lolos seleksi administrasi, tes skolastik, dan tes wawancara hingga dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa S3 BIB LPDP-Kemenag di UIN Walisongo pada usia 27 tahun,” kenangnya.

Pada para santri di pondok pesantren, Alvin berpesan agar mereka senantiasa optimis. “Sebagai alumni pondok pesantren, saya berharap adik-adik santri jangan ada kata pesimis, buktikan bahwa kalian mampu dan layak menjadi salah satu penerima beasiswa pendidikan di dalam negeri maupun luar negeri,” pesan Alvin.

Dia meminta calon pendaftar beasiswa agar mempersiapkan semaksimal mungkin khususnya bahasa asing Arab dan Inggris. 

“Dengan persiapan yang matang, Insya allah pasti ada jalan untuk mencari ilmu. Karena mencari ilmu tidak akan pernah membuatmu menjadi miskin. Yakinlah bahwa Allah SWT selalu memberikan kemudahan bagi hambaNya dalam mencari ilmu. Salam sukses untuk semua santri Indonesia,” pungkas Alvin.

Editor : Iman Nurhayanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network