Tidak hanya itu, ia juga menyampaikan jika HIV AIDS tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja.
“Kita kerjasama dengan Dinas Kesehatan dan organisasi masyarakat untuk sosialisasi, penemuan kasus, serta pengobatan,” ucap dr. Budi Palarto.
Oleh karenanya peran masyarakat sangat penting dalam mengatasi kasus HIV AIDS.
Beberapa materi disampaikan pada kegiatan tersebut, untuk materi pertama yaitu “Informasi Dasar HIV AIDS” disampaikan oleh narasumber dr. Titik Wahyuningsih, MKes.
Dr Titik menyampaikan dugaan adanya HIV AIDS dapat dilihat dari gejala demam, diare, batuk, berat badan menurun selama lebih dari satu bulan.
“HIV AIDS tidak menular melalui jabatan tangan, foto bersama maupun gigitan nyamuk,” ucapnya.
Menurutnya, salah satu yang bisa dilakukan dalam penanganan HIV AIDS yaitu datang ke klinik VCT yang secara khusus memberikan pelayanan konseling dan testing kepada pasien.
Materi berikutnya yakni “Menurunkan Stigma dan Diskiriminasi”, disampaikan oleh narasumber Gunawan Cahyo Utomo, MPH.
Ia menjelaskan HIV tidak hanya menginfeksi populasi kunci saja, tetapi sudah merambah pada populasi rentan atau masyarakat umum. AIDS bukan semata-mata masalah kesehatan saja.
“AIDS mempunyai implikasi politik, ekonomi, sosial, etis, agama dan hukum,” ucapnya.
Sedangkan materi terakhir yakni “Warga Peduli AIDS” yang disampaikan oleh dr. Siti Masfufah, MKes, selaku Ketua Bidang Pengabdian Profesi IDI Wilayah Jawa Tengah.
"Percepatan penanggulangan HIV AIDS harus dilaksanakan dalam program pemberdayaan masyarakat oleh WPA," ucapnya.
Dr. Siti menyampaikan kegiatan yang dapat dilakukan WPA antara lain sosialisasi, pendampingan, dan menfasilitasi kegiatan VCT.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait