Yang perlu juga kita pahami bahwa saat ini, berinvestasi tidak selalu harus dimulai dari kapital yang besar. Sejak 12 November 2015 oleh wakil presiden Republik Indonesia Bapak Muhmmad Yusuf Kalla di Main Hall gedung Indonesia Stock Exchange telah diluncurkan kapanye “Yuk Nabung Saham/ YNS”.
Gerakan ini merupakan sebuah kampanye yang diselenggarakan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bertujuan untuk mengajak masyarakat sebagai calon investor untuk berinvestasi di pasar modal dengan membeli saham secara rutin dan berkala.
Salah satu bentuk nyata kampanye ini yakni diadakannya Sekolah Pasar Modal (SPM, baik level satu maupun lanjutan) oleh BEI yang tersebar di setiap provinsi di Indonesia secara gratis. Ini sebagai upaya pemerintah mengedukasi masyarakat negeri ini untuk mengenal instrumen pasar modal dan turut serta andil membangun bumi pertiwi, Indonesia.
Selain itu, di waktu yang bersama pemerintah juga telah menurunkan batas minimal (lot) pembelian surat berharga (saham) dari 500 lembar menjadi 100 lembar. Dua hal ini menjadi daya tarik yang besar, sehingga mampu mengakomodir pasar modal ritel (saham) yang bukan hanya menyasar kalangan menengah atas (high end), namun sampai pada kalangan menengah bawah (low end).
Dari kampanye program “Yuk Nabung Saham”, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI mencatat ada perubahan yang signifikan terkait prosentase kepemilikan saham lokal dan asing. Yakni pada tahun 2014, kepemilikan modal lokal menyentuh angka 40,71 persen sedangkan kepemilikan asing sebesar 59,29 persen.
Kemudian di bulan februari tahun 2021, kepemilikan modal lokal telah mencapai angka 58,82 persen, sedangkan kepemilikan asing di angka 41,18 persen. Artinya selama kurun waktu tujuh tahun kampanye ini berjalan, kepemilikan lokal telah meningkat sebanyak 18,11 persen.
Berbanding terbalik dengan awal kali gerakan ini dikampanyekan. Dengan struktur kepemilikan lokal yang dominan, ini menjadi indikator permodalam nasional yang sehat. Pencapaian ini tentu sangat luar biasa, menjadikan negara kita berdikari. Menuju ke arah kemandirian ekonomi, dan semakin memperkecil pengaruh ekonomi global kepada ekonomi nasional. Semoga optimisme bangsa ini semakin baik, dan terwujudlah cita-cita besar bangsa kita lebih cepat dari yang telah dicanangkan sebelumnya.
Oleh : Mucharror Djazuly, M.Pd
Dosen Universitas Negeri Islam Salatiga
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait