SOLO, iNewsJatenginfo.id - Tujuan dari pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, apabila proses dalam pendidikan justru membuat manusia kehilangan jati dirinya, maka pendidikan tidak ada nilainya.
Paulo Freire dalam bukunya pendidikan kaum tertindas, mengkritik wajah pendidikan yang marak dilakukan di berbagai belahan dunia, sebagai pendidikan gaya bank.
Menurutnya konsep pendidikan gaya bank seperti mengisi koin ke dalam tabungan, atau dalam bahasa formalnya transfer pengetahuan.
Jadi, guru identik dengan yang memiliki pengetahuan dan murid tidak mengerti apa-apa, dalam artian menganggap bodoh orang yang diajar, sebuah ciri dari ideologi penindasan.
Secara sederhana, kalimat yang sering digunakan Freire dalam mendeskripsikan pendidikan gaya bank adalah, guru adalah subjek, peserta didik adalah objek, sehingga disini yang aktif adalah guru dan murid bersifat pasif.
Maka, kehadiran kurikulum merdeka menjadi sebuh kritik atas pendidikan yang tidak membebaskan itu, pengajaran tidak satu arah, tapi dua arah dengan adanya unsur dialogis antara guru dan murid.
Mengenal Kurikulum Merdeka
Kebijakan kemunculan kurikulum merdeka oleh Kemendikbudristek, sudah menjadi sebuah keniscayaan, mengingat bahwa realitas terus berubah, kebijakan lama perlu ada evaluasi agar bisa lebih efektif.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait