SEMARANG, iNewsJatenginfo.id - PB IDI bekerjasama dengan IDI Wilayah Jawa Tengah menggelar Seminar Series Fitofarmaka mengangkat tema "Peran Dokter dalam Pemanfaatan Obat Berbahan Alam Indonesia dalam Pelayanan Kesehatan" Sabtu (18/3/2023) di Metro Park View Hotel Semarang.
Seminar semestinya diadakan di 6 wilayah dengan waktu yang berbeda, dan Jawa Tengah menjadi salah satu wilayah penyelenggara selain Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Di Jawa Tengah terdapat 2 sesi diskusi yang mengundang 5 narasumber. Untuk sesi yang pertama yakni bersama Dr.dr. Ina Rosalina, Sp.A.K. M.Kes., MH. Kes, Ketua Bidang Pembinaan Pengembangan Obat-obatan dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Holistik PB IDI, kedua yakni Dr. dr Dina Sintia Pamela, S.Si., Apt, M.Farm, Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Kemenkes, dan narasumber ketiga yakni Dra. Sandra M.P. Linthin, Apt., M.Kes.
Sedangkan untuk diskusi sesi kedua menghadirkan narasumber yang pertama Ketua Persadia Wilayah Jawa Tengah, Dr. dr. K Heri Nugroho HS, SpPD, K-EMD, FINASIM dan Dr. dr. Hery Djagat Purnomo, Sp.PD KGEH Division of Gastroentero-Hepatology, Internal Medicine Department, Kariadi Hospital Faculty of Medicine Diponegoro Undip Semarang.
Sebelum sesi diskusi dimulai, disampaikan keynote speech oleh Ketua Panitia Dr. dr. Budi Palarto, Sp.OG. Dr Budi menyampaikan Indonesia kaya dengan keberagaman hayati. Salah satunya sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai pengobatan berbahan alami.
"Kegiatan ini bertujuan untuk mentransformasi pengobatan tradisional yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi, " ucapnya.
Dr Budi juga menyampaikan tujuan kegiatan ini untuk mensosialisasikan Fitofarmaka.
"Harapannya, kegiatan ini bisa menjadi rekomendasi untuk dapat rutin diadakan tidak hanya sekali, sehingga ilmu Fitofarmaka bisa berkelanjutan dan dirasakan manfaatnya," pungkasnya.
Kemudian sambutan dari Ketua IDI Wilayah Jawa Tengah Dr. DJoko Handojo yang diwakilkan oleh Dr Sarwoko Oetomo. Dr Sarwoko berharap agar kekayaan alam Indonesia bisa dimanfaatkan untuk pengobatan sehari-hari.
"Mari kita manfaatkan sebaik mungkin kekayaan Indonesia yang kita miliki untuk pengobatan tradisional yang yang minim akan efek samping," ungkapnya.
Selanjutnya ada arahan dan pembukaan oleh Sekretaris Jenderal PB IDI, Dr Ulul Albab yang memberikan apresiasi terhadap IDI Wilayah Jawa Tengah yang telah mampu menyelenggarakan seminar dengan jumlah peserta 200.
"Terimakasih dan apresiasi kami berikan kepada IDI Wilayah Jawa Tengah yang luar biasa dapat menghadirkan ratusan dokter dalam kegiatan seminar ini," ucapnya.
Dr Ulul Albab memberikan pesan kepada peserta untuk mengutamakan etik di tengah profesional mengabdi sebagai dokter.
Adapun pemaparan tentang etika yang disampaikan oleh MKEK IDI Wilayah Jawa Tengah Dr. dr Muchlis Achsani.
"Etika menjadi rambu-rambu yang harus dimiliki dokter agar tidak salah melangkah. Karena ilmu saja tidak cukup," terangnya.
Sesi keynote speech dan pembukaan selesai, dilanjutkan dengan diskusi pertama yang diisi oleh pemateri pertama yakni Dr.dr. Ina Rosalina, Sp.A.K. M.Kes., MH. Kes, Ketua Bidang Pembinaan Pengembangan Obat-obatan dan Pelayanan Kesehatan Tradisional Holistik PB IDI. Dr Ina menyampaikan pengguna obat tradisional yang pasti harus baik dan memenuhi standar.
"Obat tradisional yang baik dan memenuhi standar yakni yang sudah dapat sertifikasi dari BPOM," ucapnya.
Menurutnya kegiatan ini merupakan waktu yang tepat untuk mensosialisasikan bahan alami sebagai obat-obatan.
"Masyarakat Indonesia suka menggunakan obat bahan alami untuk menyembuhkan banyak penyakit. Namun tidak memperhatikan mutu dan kualitasnya. Sehingga diselenggarakanlah kegiatan ini sebagai edukasi," ungkapnya.
Setelah materi dari dr. Ina selesai, dilanjutkan materi kedua oleh Dr. dr Dina Sintia Pamela, S.Si., Apt, M.Farm, Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Kemenkes. Dr Dina Sintia menyampaikan jika kekayaan Indonesia bisa dikembangkan tidak hanya menjadi jamu, namun sebagai obat-obatan herbal yang sudah melalui klinis.
"Sehingga pemerintah mendorong obat ini bisa digunakan aman untuk masyarakat, sehingga tidak bergantung pada obat bahan kimia," ucap dr Dina.
Dr Dina menambahkan, ketika terdapat efek samping, dirinya meminta masyarakat untuk melaporkan untuk dikaji BPOM bersama tenaga ahli.
Memasuki materi yang ketiga bersama Kemenkes Dra. Sandra M.P. Linthin, Apt., M.Kes, dirinya menyampaikan upaya yang saat ini sedang dilakukan pemerintah untuk memaksimalkan kekayaan sumber daya alam Indonesia adalah memaksimalkan kekayaan tersubut untuk pelayanan kesehatan.
"Saat ini pemerintah sedang mengupayakan ketahanan kesehatan dengan memaafkan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia untuk bisa digunakan dalam pelayanan kesehatan. Sehingga perlu kerjasama dengan berbagai pihak," ucapnya.
Selain itu berkaitan dengan BPJS bisa memberikan pembiayaan untuk program Fitofarmaka di beberpaa rumah sakit dengan penyesuaian tenaga ahli di rumah sakit.
Lalu yang selanjutnya, memasuki diskusi kedua yang disampaikan oleh narasumber pertama Dr. dr. K Heri Nugroho HS, SpPD, K-EMD, FINASIM terkait penyakit diabetes melitus. Sedangkan narasumber kedua Dr. dr. Hery Djagat Purnomo, Sp.PD KGEH Division of Gastroentero-Hepatology, Internal Medicine Department, Kariadi Hospital Faculty of Medicine Diponegoro Undip Semarang menyampaikan materi terkait Boost Immune System with Fitofarmaka Phyallanthus niruri and Correlations with liver.
Editor : Iman Nurhayanto