JAKARTA, iNewsJatenginfo.id - Kisah mantan Napiter yang diminta kembali gabung usai bebas dari pejara. Pujianto alias Raider Bakiyah menjadi satu dari sekian mantan narapidana teroris (napiter) yang memutuskan kembali bergabung ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan bertaubat.
Raider Bakiyah menjadi salah satu kombatan ISIS dengan kemampuan perakitan dan pelatihan menembak menggunakan senjata api (senpi). Warga Sumbermanjing Wetan ini mengisahkan sempat diamankan oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri di Stasiun Kroya, Cilacap pada 2016 lalu.
Kemudian ia menjalani hukuman di penjara dan dinyatakan bebas pada 2019 lalu. Perjuangan panjang pun pasca kebebasannya dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) diakui tak mudah.
Pujianto mengaku sempat beberapa kali diminta bergabung lagi ke jaringan teroris, dimana ia dulu berkecimpung.
"Panjang itu karena pemahaman ranah ijtihadi, karena kalau teman-teman punya pemahaman seperti itu oke. Karena mereka punya ijtihad seperti itu, dan saya nggak mungkin menyalahkan kalau kamu salah," ucap Pujianto, saat ditemui di Kawasan Terpadu Nusantara (KTN) Turen, Kabupaten Malang, pada Jumat (9/12/2022).
Jalan panjang Pujianto untuk mempertanyakan kebenaran pemahaman jihad yang ia anut itu masih terus dipelajari setelah bebas dari Lapas. Ia pun belajar ke beberapa ulama untuk memperdalam makna jihad yang identik dengan perbuatan teror itu. Dari sanalah dirinya bisa kembali ke jalan yang benar, dan benar-benar menjalankan deradikalisasi sesungguhnya pasca keluar Lapas.
"Kalau saya bisa kembali itu karena saya ingin belajar, apakah ternyata yang saya lakukan benar itu perlu proses yang sangat panjang, saya bertemu banyak ulama dan sangat panjang sekali. Akhirnya ternyata kalau toh seperti ini saya merasa baik-baik saja kenapa tidak," tuturnya.
Dirinya mengaku sempat dimusuhi dan dicap orang kafir oleh sesama teroris yang masih berkomunikasi saat ia keluar dari Lapas. Namun karena dirinya bertekad bulat untuk belajar pemahaman yang benar hal itu tak dihiraukannya.
"Pasti, mereka pasti akan mengkafirkan, memurtadkan orang-orang seperti kami yang sudah kembali ke NKRI. Konsekuensinya tidak main-main," katanya.
Bahkan ancaman dibunuh pernah diterimanya saat ia bebas dari Lapas dan diminta kembali masuk ke jaringan teroris. Namun sekali lagi Pujianto tetap kukuh pada prinsipnya untuk memahami konsep deradikalisasi.
"Kita tawakal kepada Allah saja, kalau mati sekarang ya sudah takdirnya, minta penjagaan juga nggak mungkin. Tawakkal kepada Allah saja. Kalau saya mati saat ini ya memang mati takdirnya," paparnya.
Kini dua tahun pasca bebasnya dari Lapas ia dan puluhan mantan napiter dari berbagai daerah diberdayakan di Kawasan Terpadu Nusantara (KTN) binaan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT). Pujianto alias Raider Bakiyah mengelola kebun jagung di Kecamatan Turen dan beberapa usaha pemberdayaan secara ekonomi lainnya.
"Yang jelas ada perbedaan karena kami di sini ini kan diberdayakan, apapun ada ide yang teman-teman mantan eks akan merealisasikan, ada yang mau bertani, mau beternak, mau apa merealisasikan," ungkap dia.
Dari hasil pengelolaan pertanian jagung misalnya, hasilnya penjualan ke perusahaan itu kemudian disetorkan ke koperasi yang dikelola bersama. Selanjutnya hasil itu akhirnya juga bisa dinikmati dirinya, para mantan napiter, termasuk warga sekitar yang turut berpartisipasi di KTN.
"Dari benih sampe panen ini hasilnya masuk koperasi dari koperasi untuk kembali pada kita. Yang kita punya ide apa akan dikembalikan dalam bentuk modal, ini luas. Di sana ada peternakan, ada perikanan, ini semua belum datang," jelasnya.
Editor : Iman Nurhayanto