TEGAL, iNewsJatenginfo.id - Abdul Yasin Hidayatullah (22) merupakan salah satu warga Desa Bumijawa, Kabupaten Tegal. Dirinya mempunyai usaha di bidang industri pandai besi dalam pembuatan cangkul tradisional selama satu tahun berjalan.
“Saya baru belajar satu tahun ini, saat pembuatan cangkul masih dibantu orang tua," katanya.
Ia mengaku, usaha tersebut merupakan usaha turun temurun dari orangtuanya. Menurut pemuda yang biasa dipanggil Yayat itu, usahanya sudah berdiri sejak tahun 1980an.
“Usaha pandai besi dengan produk cangkul ini sudah berjalan sekitar tahun 80-an. Saya sendiri generasi ketiga dalam meneruskan usaha keluarga,” kata Yayat.
Sebelumnya, ia merupakan seorang perantau di daerah Jakarta. Namun, karena terimbas dampak covid-19 ia pun terkena PHK dan memutuskan untuk pulang ke kampung halaman.
“Pulang dari Jakarta, saya pilih meneruskan usaha keluarga agar bisa terus berjalan dan tidak punah,” kata Yayat.
Tak semudah yang dibayangkan, Yayat mengaku bahwa usaha tersebut hampir mengalami kebangkrutan karena ikut terdampak pandemi covid-19. Penjualan yang sulit kala itu, mengakibatkan omsetnya turun secara drastis.
Namun, Yayat akhirnya mampu bertahan di situasi menyulitkan itu. Hingga kini, ia bahkan dapat menjaga kualitas produknya agar tetap eksis dan laku di pasaran.
“Namanya usaha pasti ada susahnya, tapi ya alhamdulillah sejak 80-an sampai sekarang, kami masih memproduksi cangkul yang benar-benar dijaga kualitasnya. Sampai sekarang kami masih berjalan dengan eksis untuk kirim barang ke pasaran,” ungkapnya.
Sebagai seorang pengusaha, Yayat tentu dihadapkan dengan berbagai masalah yang menyangkut keberlangsungan usahanya. Ia mengungkapkan kendala mengenai bahan baku besi yang kian naik membuat Yayat harus selalu memutar otaknya.
“Sebenarnya tdak ada kendala. Karena dalam pembuatan masih dengan tradisional. Hanya saja bahan baku besi yang harga terus naik,” ujar Yayat.
Uniknya dalam melakukan distribusi cangkul - cangkul tradisional tersebut, terdapat hari - hari sakral yang harus diperhatikan. Menurutnya, hal ini merupakan tradisi yang diajarkan oleh orangtuanya secara turun temurun.
“Setiap hari wage dan kliwon kami kirim cangkul sesuai pesanan. Sekali kirim bisa lima kodi cangkul,” ujar Yayat.
Yayat pun membandrol harga yang bervariasi sesuai kualitas cangkul, mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 50.000 per cangkul. Dalam sekali pengiriman, ia berhasil mendistribusikan 3 sampai 5 kodi cangkul, dimana setiap kodinya berisi 20 picis cangkul buatannya.
Dalam produksinya, Yayat mengaku mampu menghasilkan puluhan cangkul setiap hari sesuai dengan pesanan para konsumen. Yayat berharap dirinya dapat melestarikan usaha tersebut hingga ke anak cucunya kelak.
"Intinya usaha cangkul tradisional ini jangan sampai punah dan hilang, apa lagi sekarang di zaman modern,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Desa Bumijawa sendiri merupakan salah satu desa penghasil produk cangkul berkualitas yang sudah dikenal banyak orang.
Editor : Iman Nurhayanto