Kesuksesannya berantakan pada awal 1940-an ketika Jepang menjajah Indonesia. Usaha yang sudah mulai berkembang menjadi bangkrut.
Setelah Indonesia merdeka. dia memutuskan pindah ke Jakarta dan menjalankan bisnis logistik, medis, dan persenjataan untuk tentara.
Bisnis barunya berjalan lancar, tapi dia tak berhenti. Dia melakukan ekspansi bisnis ke berbagai sektor.
Kisah moncer usahanya semakin nyata pada 1969. Berpartner dengan Djuhar Sutanto, Sudwikatmono, dan Ibrahim Risjad, Salim mendirikan perusahaan tepung terigu bernama PT Bogasari.
PT Bogasar itu kemudian menjadi perusahaan tepung terigu terbesar di Tanah Air.
Revolusi usahanya semakin menggila ketika pada 1990, dia mendirikan Indofood, dengan produk utama mi instan dengan nama Indomie.
Rasanya yang cocok dengan lidah masyarakat, membuat mi instan ini disukai jutaan masyarakat Indonesia.
Selain itu, pada 1975, mereka mendirikan pabrik semen PT Indocement Tunggal Perkasa. Pabrik ini berkembang pesat, bahkan nyaris memonopoli semen di Indonesia.
Sukses di bisnis tersebut, keempatnya bersama Ciputra mendirikan perusahaan real estate PT Metropolitan Development, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai.
Dia juga mendirikan kerajaan bisnis bidang otomotif di bawah bendera PT Indomobil. Hingga akhirnya Liem merambah ke bidang perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA) bersama Mochtar Riyadi.
Pada 1970-an, BCA telah bertumbuh menjadi bank swasta kedua terbesar di Indonesia. Namun krisis moneter pada 1997, berdampak luas pada bisnisnya. Utang konglomerasi bisnisnya yang mencapai puluhan triliun rupiah saat itu memaksa dia melepaskan beberapa perusahaan, termasuk BCA.
Editor : Iman Nurhayanto