JAKARTA, iNewsJatenginfo.id - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memiliki karier militer yang cukup cemerlang. Keduanya bahkan diminta Jenderal Moerdani untuk sekolah di Jerman.
Dilansir dari buku biografi Prabowo Subianto berjudul “Kepemimpinan Militer Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto”, Jenderal Benny Moerdani mulai memberikan instruksi pada mereka berdua pada tahun 1981. Pada saat itu ketika Prabowo yang masih berpangkat kapten, sementara Luhut baru kembali dari Operasi Nanggala 5 di Timor Timur.
Saat itu Luhut Binsar Pandjaitan dan Prabowo Subianto merupakan perwira Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Pengiriman ke Jerman Barat ini bertujuan untuk mengikuti pendidikan di Greenzschutzgruppe (GSG)-9.
Luhut yang berpangkat Letjen dan menjabat Asintel Hankam/ABRI, selalu diminta Benny Moerdani untuk memberikan laporan kemajuan sekolah bahkan Jenderal ini tak malu untuk bertanya melalui telepon.
Greenzschutzgruppe-9 atau Penjaga Perbatasan Grup 9 adalah unit taktis operasi khusus antiterorisme dari kepolisian Federal Jerman. GSG-9 yang bermarkas di Sankt Augustin dekat Bonn sampai saat ini dianggap sebagai salah satu unit khusus terbaik di dunia.
Luhut Binsar Pandjaitan dan Prabowo Subianto diharapkan bisa belajar dari pengalaman dari pasukan elit yang memiliki kemampuan antiteror mumpuni dan telah berpengalaman sejak 1972 ini. GSG 9 bisa melakukan 30 hingga 50 misi dalam setahun.
Pasukan ini bukanlah pusat perhatian publik. “Ini adalah pekerjaan hidup dan mati yang membutuhkan pelatihan yang konstan dan ketat,” hal tersebut disampaikan oleh DW Media Jerman.
Sebagai pasukan elit, GSG-9 memiliki berbagai peralatan tempur canggih. Mulai Steyr AUG, Heckler & Koch HK 21, Heckler & Koch HK 416 dan 417, Heckler & Koch HK MP5, DSR-Precision DSR-1, juga pistol Glock 17.
Menurut Military Factory. Dalam pendidikannya mereka berdua diajarkan tentang pokok kepolisian, masalah hukum, hingga kemampuan dalam menggunakan berbagai jenis senjata.
Setelah itu mulailah diberikan pembekalan cara bertempur baik di darat maupun laut. Selain itu mereka juga diberikan keterampilan antiteror.
Setelah menimba ilmu dari sekolah tersebut Luhut Binsar Panjaitan dan Prabowo Subianto diperintahkan membentuk pasukan antiteror yang kemudian diberi nama Detasemen 81.
Editor : Iman Nurhayanto