JEDDAH, iNewsJatenginfo.id – Menunaikan ibadah haji menjadi impian bagi semua umat Islam. Momen keberangkatan ke Tanah Suci tentu akan menjadi kelegaan dan kebahagiaan bagi jemaah calon haji.
Namun momen tersebut tidak sepenuhnya dirasakan oleh Sri Kiswati, jemaah haji asal Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Jelang berangkat, Kiswati dihadapkan pada ujian besar. Tepatnya sekitar tiga pekan jelang ke Tanah Suci.
Dia dilarikan ke rumah sakit RS di Pekalongan lantaran cedera. Tidak tanggung-tanggung, Kiswati sampai harus menjalani operasi di kaki kanan lantaran tulangnya diketahui retak.
Musibah tulang retak ini terjadi saat dia berjalan kaki saat keluar dari kantornya di Dinas Pertanian Pemkab Pekalongan, 8 Juni lalu. Saat berjalan pulang di atas trotoar itu, kakinya terkilir. Kesakitan luar biasa pun dia rasakan kala itu.
"Iya baru kali itu saya sampai jatuh. Padahal jalan itu ya tiap hari saya lewati dan tidak pernah terjadi apa-apa selama ini," katanya mengenang insiden yang mengherankan sekaligus menyedihkan itu.
Seketika itu, Kiswati menjadi kesulitan berjalan. Dari pengecekan dokter, tukang kaki kanannya diketahui retak. Dan operasi pun tidak bisa ditunda.
Mendapat opsi harus operasi kaki, Kiswati sangat kaget. Apalagi, bayangan Tanah Suci sebelumnya sudah ada di depan mata. Pikiran kalut gagal berangkat haji pun sempat terbesit di benaknya.
Namun, Kiswati tetap berupaya sabar dan rasional.
Dia akhirnya memutuskan untuk menerima opsi kakinya dioperasi dengan harapan bisa tetap berhaji tahun ini. Bisa menunaikan haji pada 2022 ini adalah harapan dan doa yang tak henti dia panjatkan selama ini.
Ini karena pada 2022, dirinya telah berusia 58 tahun dan akan pensiun sebagai PNS. Baginya, berangkat haji dengan masih berstatus sebagai abdi negara memiliki kelebihan tersendiri karena seolah terkandung semangat kuat plus kepuasan. Dua hari pascajatuh itu, Kiswati akhirnya harus menjalani operasi tulang kaki.
Dua pen penyangga tulangnya yang retak pun kemudian tertanam di kakinya.
"Setelah tiga hari di RS, mulai saat itu akhirnya ke mana-mana membawa krek untuk jalan," ujar ibu tiga anak ini ikhlas saat ditemui di Terminal Haji Bandara King Abdul Azis, Jeddah, Minggu (3/7) siang.
Usai dioperasi, dua kruk dan kursi roda memang menjadi barang baru yang mendampinginya sehari-hari.
Meski belum bisa berjalan normal dan terpaksa duduk di kursi roda, tekad Kiswati untuk bisa berhaji tahun ini tak surut sama sekali. Bahkan, warga yang tinggal di Griya Buaran Indah Kota Pekalongan makin menjaga kesehatannya agar bisa lolos cek medis sebagai syarat terbang pada 3 Juli.
Beruntung, tidak ada keluhan lain di tubuhnya setelah jatuh sore itu, kecuali hanya di bagian kaki yang kadang terasa agak sakit jika terlalu lama duduk. Dia juga bersyukur karena Mugiarto, sang suami, anak, dokter dan petugas dari embarkasi tak henti memberikan semangat.
"Ini menjadi perjalanan haji luar biasa saya. Saya tak menyangka akhirnya bisa sampai Tanah Suci," ujar Kiswati.
Minggu siang di Bandara Jeddah itu, Kiswati akhirnya benar-benar menginjak tanah Saudi, tepat di hari batas terakhir (closing date) penerbangan haji.
Saat ditemui di atas kursi roda di dalam paviliun terminal, Kiswati tak kuasa menahan rasa syukur sekaligus haru.
Syukur karena dia akhirnya bisa terangkut dalam kloter paling ujung yang diberangkatkan oleh Embarkasi Solo. Kloter 43 yang membawanya ini bahkan tercatat paling pamungkas dari total 240 penerbangan haji Indonesia tahun ini.
Selain dari Kabupaten Pekalongan, kloter ini diisi sejumlah jamaah yang tak terangkut kloter sebelumnya seperti lantaran sakit, tak lolos tes PCR, terpisah rombongan dan lain hal.
Kiswati begitu terus bersyukur. Dia tak bisa membayangkan jika harus gagal berangkat haji tahun ini gara-gara kakinya yang retak itu. Yang membuat dia lega, tahapan jelang terbang seperti cek medis juga bisa terlalui dengan baik.
Jika sampai tahun ini gagal berangkat, dia bisa jadi terpisah dengan suaminya dan jelas paling cepat ke Tanah Suci tahun depan setelah kakinya benar-benar pulih. "Maka haji saya ini begitu penuh cobaan. Ibaratnya kesandung-sandung sebelum berangkat," katanya.
Kiswati mengaku sandungan kaki terkilir tiga pekan jelang berangkat itu sebenarnya bukanlah yang pertama. Sekitar 1,5 bulan sebelumnya, hati Kiswati juga sempat dibuat dag dig dug.
Sebab saat Ramadan itu, Kiswati yang mendaftar haji pada 2012 tercatat tak lolos verifikasi Kementerian Agama (Kemenag) sebagai salah satu jamaah yang diberangkatkan tahun 2022.
Ini karena jamaah yang lolos kuota Kabupaten Pekalongan semuanya mendaftar pada 2011. Mendengar tak lolos, Kiswati yang sangat berharap bisa haji sebelum pensiun sempat kaget.
Namun tak dinyana, pada 9 Mei, ada kabar baru yang membahagiakan. Dia dan suaminya dinyatakan bisa masuk dalam kuota haji tahun ini. Karena masuk daftar susulan, nomor urut kuotanya pun paling akhir.
"Total kuota itu hanya 162 orang. Suami nomor 161 dan saya 162," ungkapnya penuh rasa syukur.
Mestinya pula, sesuai nomor porsi, Kiswati dan suami berangkat pada 2020 lalu. Namun lantaran haji tak digelar akibat pandemi Covid-19, maka impiannya ini tertunda dua tahun.
Meski penuh dengan sandungan, Kiswati tak pernah kecewa dan larut dalam kesedihan. Baginya, cara berhajinya yang harus berkursi roda dan lika-liku jelang keberangkatan ini adalah bagian rencana terbaik dari Allah.
Dengan kesadaran itu dia pun tak pernah menyerah. Apalagi banyak orang-orang terdekatnya yang memberikan dukungan penuh.
"Allah pasti memberikan sesuatu yang indah. Dan yang indah harus saya jalani. Insyaallah semuanya juga akan berakhir dengan indah," ujar Kiswati didampingi suaminya yang begitu setia di samping kursi dan dua kruknya.
Editor : Iman Nurhayanto