SEMARANG, iNewsJatenginfo.id - Dalam rangka peringatan hari musik sedunia pada tanggal (21/6) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sobokartti mengusung acara “Sobokartti Ngabudaya: Sareng Sareng Sinau Gamelan”.
Kegiatan tersebut bertujuan memperkenalkan alat musik dan musik tradisional Jawa kepada seluruh khalayak, agar tidak ditinggalkan dan dapat terus dilestarikan kepada generasi seterusnya.
Acara ini terselenggara oleh kolaborasi antara pengurus Sobokartti dan Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang berupaya untuk mengangkat alat musik tradisional gamelan ke kancah nasional.
Acar ini dilaksanankan di Cagar Budaya Sobokartti, Jalan Dr. Cipto, Kebonagung, Kec. Semarang Timur.
Peserta sinau gamelan sebanyak 30 orang, yang diantaranya 3 dosen dari Universitas, Dian Nuswantoro Semarang, 8 orang dari luar Kota Semarang dan beberapa lainya dari bermacam instansi.
Ketua Progarm Studi Ilmu Komunikasi, Dr. Rahmawati Zulfiningrum mewakili pihak Unversitas Dian Nuswantoro mengungkapkan bahwa musik tradisional merupakan bagian dari indigenous knowledge yang perlu untuk terus dilestarikan dan dikelola sehingga dapat terus bertahan.
Kegiatan “Sobokartti Ngabudaya” ini dapat menjadi wadah kegiatan yang bermanfaat karena musik tradisional biasanya digunakan sebagai sarana yang efektif untuk mengkomunikasikan pengetahuan atau kearifan lokal kepada masyarakat.
Peran generasi muda sangat diperlukan untuk menjaga musik tradisional sebagai kekayaan nusantara.
Melalui Progarm Kuliah Kerja Kemanusiaan (K3) yang berorientasi pada kegiatan sosial dan pemberdayaan, mehasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Dian Nuswantoro berupaya untuk dapat bersinergi dengan Sobokartti sebagai Gedung Cagar Budaya tertua yang ada di Kota Semarang.
Melalui program ini mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dengan beragam ide kreatif di era digital untuk turut nguri uri kebudayaan, sekaligus menginspirasi bagi generasi muda lainya.
Inovasi dan adaptasi teknologi perlu menginspirasi perlu untuk dilakukan oleh Sobokartti sebagai upaya merespon perkembangan jaman dan penyampaian ragam informasi kegiatan agar lebih menarik dan efektif kepada khalayak.
Proses pembelajaran gamelan dipimpin oleh Bapak Ki Suhardi Hadi Kusumo dan Slamet Riyanto, sebagai pelatih karawitan di Sobokartti yang sudah menggeluti bidang kesenian ini selama lebih 3-4 tahun.
Slamet Riyanto sendiri merupakan penerus sebagai pelatih karawitan di Sobokartti Semarang.
Kegiatan sareng-sareng sinau gamelan berjalan dengan baik dan respon para peserta sangat antusias untuk mengenal Seni Kebudayaan Gamelan ini.
Sebagian besar peserta yang hadir merupakan orang yang masih awam sebagai penikmat musik dan ingin merasakan pengalaman baru dalam kesenian ini secara langsung.
Titah Banu, selaku humas Sobokartti menyatakan bahwa acara belajar gamelan ini menarik sekali. Selain memeringati hari musik sedunia, program ini juga mengajak kita lebih dekat dengan musik jawa.
Sobokartti bangga sekali, banyak generasi muda yang bergabung. Semoga acara ini bisa memantik semangat kearifan lokal kita semua.
“Acara pertama yang kami laksanakan yakni Sobokartti Ngabudoyo tentu sangat memberikan tantangan agar dapat memberikan kegiatan yang bermanfaat kepada khalayak luar. Waktu yang diperlukan untuk menyusun acara ini dapat dibilang sangat singkat, kurang lebih 1 bulan,” ujar Indah Mega Hapsari selaku Ketua Acara.
Tentu menjadi pernyataan yang menarik untuk menjadikan “Sobokartti Ngabudaya” sebuah acara tahunan, bahkan bulanan di cagar budaya Sobokartti Semarang untuk memberikan dampak yang positif bagi pengurus LSM maupun masyarakat Semarang supaya lebih peduli akan kelestarian budaya Jawa Tengah.
Sesuai dengan semangat yang telah diangkat “Sareng Sareng Sinau Gamelan” ini dimaksudkan bahwa kita sebagai masyarakat Kota Semarang maupun luar kota untuk tidak berhenti dalam mengembangkan diri sebagai pelaku seni daerah.
“Tujuan digelarnya event sinau ini untuk mengenalkan alat musik tradisional jawa kepada khalayak. Kami harap event kami dapat memebri insight yang baik dan dapat mempengaruhi khalayak agar ingin melestarikan budaya,” tambah Mega.
Editor : Iman Nurhayanto