Sementara itu pada kesempatan yang sama Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyampaikan Tsunami Ready merupakan program peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman tsunami dengan berbasis pada 12 indikator yang telah ditetapkan UNESCO-IOC.
Menyiapkan masyarakat Tanjung Benoa sebagai Tsunami Ready Community dilakukan karena hampir seluruh wilayahnya dikelilingi lautan dan berhadapan dengan zona megathrust selatan Bali sebagai sumber gempa bumi potensi tsunami yang memiliki magnitudo maksimum 8,5.
Dia menyebut sebelumnya BMKG telah mengusulkan 7 komunitas termasuk Tanjung Benoa untuk mendapatkan pengakuan Tsunami Ready Community dari UNESCO. Enam komunitas lainnya yaitu Panggarangan-Lebak, Pangandaran, Glagah-Kulon Progo, Kemadang-Gunung Kidul, Tambakrejo-Malang, dan Kuta-Mandalika Lombok dalam proses pengakuan internasional tersebut.
Menurut dia, Tsunami Ready Community akan tercapai apabila dilakukan secara kolaboratif melibatkan semua pihak, sehingga 12 indikator yang ditetapkan oleh UNESCO dapat dipenuhi dengan baik.
Oleh karenanya, Kelurahan Tanjung Benoa telah melibatkan banyak pihak untuk mewujudkan hal tersebut.
Melalui pendampingan BMKG, Kelurahan Tanjung Benoa telah memiliki peta bahaya tsunami agar masyarakat memahami zonasi bahaya tsunami di wilayahnya.
Sebanyak tujuh hotel di wilayah Tanjung Benoa, yaitu Peninsula Bay Resort, Benoa Sea Suites Villas, Grand Mirage Resort, Ion Bali Benoa, Rasa Sayang, Novotel, dan The Sakala Resort telah menyiapkan tempat evakuasi tsunami vertikal yang selain dapat digunakan oleh tamu, juga oleh masyarakat sekitar.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait