Dia menjelaskan, jumlah produksi dan impor produk komoditas yang berada dalam satu data akan menghilangkan daerah abu-abu yang dapat dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mencari keuntungan. Hal itu, juga dapat menghindari praktik mafia beras.
"Akhirnya itu terjadi apa? Grey area, ya abu-abu yang akhirnya dimanfaatkan oleh orang yang ingin mencari keuntungan sesaat," ungkap Erick.
Dia menambahkan, untuk stok beras dalam negeri, kebijakan impor tergantung pada kapasitas produksi di tingkat petani. Bila produksi di dalam negeri membaik, maka impor beras tidak akan dilakukan.
Seperti diketahui, pemeringtah rencana Perum Bulog bakal mendatangkan 1 juta ton beras dari China. "Tergantung, kalau produksi di dalam negerinya bagus ya kita tidak impor," tutur Erick.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait