Sependek pengetahuan saya Platform E-vote pertama dibuat oleh siswa SMK (d/l SMEA) Muhammadiyah 1 Weleri Kendal pada tahun 2015. Kemudian diujicobakan, digunakan dan disempurnakan untuk berbagai pemilihan di internal Muhammadiyah : Muscab/Musda IPM, Muscab/Musda Muhammadiyah, Muktamar IPM di UMP dan Muhammadiyah ke-48 di Solo. Tentu saja plalform e-vote terus diperbaharui dengan beragam asupan penyempurnaan dari bebeberapa ahli IT PTM dan programmer handal yang dimiliki persyarikatan.
Ketujuh, Memilih Tidak Berdasarkan Suku, Ras dan Kedaerahan.
Para pimpinan dan warga persyarikatan selama seabad lebih telah terbukti dan teruji memiliki kemampuan adaptasi tinggi dengan budaya lokal (local genius) dan perubahan jaman yang dinamis. Jika pimpinan Muhammadiyah tidak memiliki Adversity Quotient (AQ) yang memadai tentu berbagai AUM Sosial, Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, dll. tidak akan pernah bisa dibangun dan berkembang besar di suatu wilayah/daerah hingga sekarang.
Dalam proses pemilihan pimpinan di Muhammadiyah seseorang diusulkan menjadi calon dan dipilih menjadi pimpinan bukan karena dikenal (popularitas) dan berasal dari cabang/daerah/wilayah yang sama dengan PCM/PDM/PWM pengusul. Namun lebih karena integritas, kapabilitas dan akseptabilitas seseorang berdasarkan rekam jejak kekaderan dan beragam aktivitas penugasan yang pernah diamanatkan persyarikatan kepadanya.
Kedelapan, Nihil dan Minimnya Calon Perempuan.
Jika pada Muktamar ke-48 di Solo terdapat 6 usulan calon perempuan dari PP Ortom dan PWM, maka pada Muswil ke-12 Muhammadiyah Jateng yang akan datang ternyata nihil usulan calon perempuan. Kami termasuk yang sedikit kecewa dengan kondisi ini.
Pada kesempatan bertemu Dr. Hj. Ummu Baroroh, M.Ag. (Ketua PW 'Aisyiyah Jateng) saat rehat di ruang tunggu kantor Setda Kabupaten Tegal, saya sempat menanyakan hal itu. Beliau menjelaskan mengapa PWA Jateng tidak mengadakan Muspimwil sebagaimana PWM Jateng. Karena jumlah usulan kandidat PWA Jateng pada Muswil Aisyiyah saja masih minimalis. Dari 38 usulan bakal calon, hanya 36 yang lolos kualifikasi administratif oleh Panlih. Sebuah keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengusulkan calon perempuan sebagai PWM Jateng.
Sekarang saya menjadi mengerti mengapa sulit mencari kader/warga persyarikatan perempuan untuk mau berkiprah di berbagai lapangan kebangsaan, termasuk mengikuti kontestasi sebagai penyelenggara pemilu 2024. Jangankan berkompetisi di luar gelanggang organisasi sendiri, untuk sekedar dicalonkan menjadi pimpinan Aisyiyah saja kurang bernyali. Last but not least, sebagai UPP PWM yang diamanati menggawangi LHKP, kami berterimakasih kepada PW Aisyiyah khususnya IGABA (Ikatan Guru TK ABA) yang saat ini telah menjadi bagian dari 2.000-an kader/warga persyarikatan sebagai penyelenggara pemilu 2024 di berbagai tingkatan : Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan se Jawa Tengah.
Wallahua'lam
Weleri, 29 Januari 2023
Ketua LHKP PWM Jateng 2015-2022/NBM : 679-310
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait