Sedangkan Ketua Dewan Kesenian Klaten Suratno menyatakan selaku pembina kesenian di Klaten, tetap berusaha memberikan dukungan pada pelaku kesenian.
Selama pandemi, pembinaan tetap terus dilakukan meskipun ada larangan pementasan. Sebagai Pembina kesenian kabupaten, memiliki kewajiban nguripke, ngurupke, ngguyubke kesenian tradisional khas kabupaten Klaten.
"Di Klaten memiliki beberapa kesenian yang perlu dilestarikan seperti jaran kepang atau jatilan, Ccampursari, serta pedalangan. Terimakasih kepada pemerintah yang sudah mulai mengendorkan aturan sehingga kegiatan kesenian sudah diperbolehkan. Hal ini akan memeberikan semangat tersendiri untuk terus nguri-uri kebudayaan tradisional Klaten. Tidak berlebihan kalau para seniman di Klaten menaruh hormat dan terimakasih kepada Pak Sumarji selalu wakil rakyat, yang telah memfasilitasi pementasan wayang ini," ujar Suratno.
Sejalan dengan yang disampaikan Suratno, tokoh masyarakat Desa Demangan Jaka Susila merasa bergembira, dengan melihat masyarakat yang sangat antusias menonton wayang kulit, apalagi 2 tahun terakhir seperti kurang hiburan.
"Pementasan wayang kulit ini sekaligus menumbuhkan kembali ekonomi rakyat, dimana masyarakat setempat bisa ikut berjualan meramaikan kegiatan tersebut. Berharap kegiatan seperti ini bisa menjadi rutinitas pagelaran yang ada di desa ini," ujar Jaka Susila.
Sementara itu, anggota komisi C DPRD Jateng Sumardji bersyukur karena ekonomi yang sempat terpuruk akibat pandemi covid-19, sekarang mulai beranjak naik. Meski covid belum sepenuhnya hilang, namun berbagai kegiatan seni sudah mulai boleh diadakan secara terbuka.
"Turut bangga atas antusiasme masyarakat yang dengan suka cita menyaksikan pentas wayang kulit, sekaligus nguri-uri kebudayaan. Melalui program media tradisional yang difasilitasi DPRD Jateng ini, kami mendukung sepenuhnya tumbuhnya kesenian tradisional di Klaten dan Jawa Tengah pada umumnya," ujar Sumarji.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait