PADANG, iNewsJatenginfo.id - SMP Negeri 39 Padang merupakan salah satu Sekolah Penggerak di Provinsi Sumatra Barat yang berlokasi di pinggir pantai, tepatnya di Pantai Purus, Kota Padang. Sekolah ini berhasil menerapkan projek profil pelajar Pancasila dengan mengambil tema kewirausahaan. Siswa SMPN 39 Padang berhasil menyulap sampah langkitang yang banyak ditemukan di sepanjang pinggir pantai, menjadi produk kerajinan yang mempunyai nilai jual.
Langkitang (melanoides tuberculata) merupakan jenis siput air tawar yang hidup di danau, sungai, hingga muara. Cangkang langkitang berwarna hitam dengan bentuk memanjang dan ramping. Isi (moluska) di dalam cangkangnya bisa disantap sebagai kudapan. Langkitang menjadi salah satu kudapan favorit yang dijual pedagang makanan di sepanjang Pantai Padang, sehingga banyak sampah dari cangkang langkitang yang berserakan di pinggir pantai.
Kepala SMPN 39 Padang, Erawati, mengatakan untuk projek profil pelajar Pancasila, SMPN 39 Padang memilih tema kewirausahaan dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar yang memiliki nilai jual. Mereka pun lalu memanfaatkan sampah langkitang. Erawati menceritakan kisah awal dirinya terinspirasi untuk mengolah sampah langkitang menjadi karya atau produk yang memiliki nilai jual.
“Jadi sudah lama saya perhatikan. Banyak sampah kulit langkitang hampir di sepanjang pantai, tapi pemulung tidak terpikir untuk mengambilnya. Lalu saya berpikir, kenapa ini tidak dimanfaatkan? Jadi saya agak sedikit memaksa kepada guru prakarya. Saya bilang begini, prakarya itu kan apapun materinya dari MGMP biasanya kan sama, misalnya membuat sesuatu. Jadi coba bahan dasarnya dari langkitang. Terserah mau dibuat apa. Pokoknya bahannya langkitang,” tutur Erawati di sela-sela kegiatan audiensi implementasi Kurikulum Merdeka di Kantor Wali Kota Padang, Selasa (2/8/2022).
Kemudian SMPN 39 Padang memulai projek profil pelajar Pancasila untuk tema kewirausahaan dengan membuat asbak rokok dari cangkang langkitang. Setelah itu para siswa dan guru mencari inspirasi lain di internet maupun sumber lain untuk membuat produk kerajinan lain dari kerang. “Sekarang sudah ada banyak bentuknya. Ada cermin, kemudian tempat pensil. Jadi idenya dari situ,” ujar Erawati.
Ia mengatakan, pembelajaran berbasis projek (project based learning) seperti membuat karya dari langkitang, berbeda dengan metode pembelajaran lain di kelas. Menurutnya, pembelajaran berbasis projek lebih menyenangkan bagi siswa. “Ketika projek, siswa menganggapnya seperti main-main, padahal sebenarnya mereka kita nilai saat mengerjakan sesuatu, jadi ada proses yang kita nilai,” katanya.
Projek siswa SMPN 39 Padang yang mengubah sampah langkitang menjadi karya yang memiliki nilai jual tersebut membuat nama SMPN 39 Padang menjadi lebih dikenal masyarakat. Erawati menuturkan, sebelumnya tidak banyak orang yang mengetahui keberadaan SMPN 39 Padang, apalagi sekolah itu baru berdiri selama enam tahun. Hasil produk kerajinan dari langkitang yang diproduksi siswa SMPN 39 sempat dipamerkan pada Festival Ekraf Milenial di Kota Pariaman pada bulan Juli lalu.
“Saya ingin memperkenalkan sekolah ini dengan cara yang lain dari sekolah yang lain. Sekolah lain mungkin brand sekolahnya sekolah tahfiz atau juara OSN (Olimpiade Sains Nasional). Jadi memang sekolah kami bukan menjadi pilihan, karena itu kita cari cara lain dengan mengasah kemampuan kewirausahaan agar dikenal masyarakat,” ujarnya.
Tema kewirausahaan menjadi salah satu dari tujuh tema pilihan untuk diangkat dalam projek profil pelajar Pancasila. Keenam tema lainnya yaitu Gaya Hidup Berkelanjutan, Kearifan Lokal, Bhinneka Tunggal Ika, Bangunlah Jiwa dan Raganya, Suara Demokrasi, dan Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.
Dalam tema kewirausahaan, peserta didik merancang strategi untuk meningkatkan potensi ekonomi lokal. Kegiatan dalam projek ini bisa berupa kegiatan ekonomi rumah tangga, berkreasi untuk menghasilkan karya bernilai jual, atau kegiatan lain yang ditindaklanjuti dengan proses analisis dan refleksi dari hasil kegiatan peserta didik. Projek ini diharapkan bisa menumbuhkembangkan kreativitas dan budaya kewirausahaan untuk peserta didik. Selain itu, peserta didik juga dapat membuka wawasan tentang peluang masa depan, peka akan kebutuhan masyarakat, menjadi problem solver yang terampil, serta siap untuk menjadi tenaga kerja profesional penuh integritas.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait