Menurutnya, gempa bumi dan tsunami, merupakan peristiwa alam yang hingga saat ini belum dapat diprediksi kapan terjadinya. Potensi gempabumi dengan magnitudo 8.7 bukanlah prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu.
“Meski demikian, kita masih memiliki waktu untuk menyiapkan diri dan menata mitigasi bencana sebaik mungkin. Upaya pengurangan resiko bencana melalui tahapan mitigasi yang tepat harus dilakukan sedini mungkin dan bersifat pentahelix agar kita dapat mengantisipasi segala dampak yang mungkin terjadi menuju target keselamatan infrastruktur dan minim korban jiwa (zero victim) di daerah terdampak,” paparnya.
Untuk mengidentifikasi dampak dari kemungkinan terjadinya gempabumi dengan magnitudo 8,7 di pesisir selatan Jawa, maka BMKG melakukan simulasi potensi landaan gelombang tsunami di kabupaten Cilacap melalui pemodelan numerik berdasarkan skenario terburuk dengan magnitudo 8,7.
“Tujuan dari pemodelan tsunami ini adalah sebagai acuan mitigasi konkret untuk pengurangan resiko bencana serta membantu pemerintah daerah memetakan tahapan mitigasi yang diperlukan sebagai upaya pengurangan resiko bencana gempabumi dan tsunami,”jelasnya.
“Kepada masyarakat pesisir selatan Jawa khususnya kabupaten Cilacap dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Jika membutuhkan informasi terkait gempabumi dan tsunami bisa menghubungi kantor BMKG terdekat atau BPBD setempat. Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi,”tambahnya.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait