GROBOGAN, iNewsJatenginfo.id – Paska pandemi Covid-19 Pagelaran kesenian tradisional di Kabupaten Grobogan mulai bangkit. Aktivitas para seniman pun kembali semangat setelah pemerintah mengizinkan untuk pementasan.
Kebangkitan mereka ditandai dengan pementasan tari barong rampak, kuda lumping, jathilan dan wayang kulit yang digelar di Balai Desa Sendangharjo, Kecamatan Karangayung, Grobogan Kabupaten Purwodadi.
Sebelum pertunjukan digelar, acara diawali dengan dialog Laras Budaya bersama DPRD Jateng, dengan narasumber anggota Komisi A DPRD Jateng Sulistyorini, Kadisporabudpar Kabupaten Grobogan Ngadino dan Pelaku Seni Ki Hadi Parwito.
Sulistyorini mengatakan DPRD Jateng akan terus mendorong kesenian tradisional di daerah agar semakin berkembang, hingga dapat dipertahankan dan dilestarikan.
“DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional daerah, hingga akan terus didorong agar lebih berkembang ke depan dan tidak tergerus oleh seni budaya asing maupun modern,” kata Sulistyorini, Minggu (26/6).
DPRD Jateng juga berupaya untuk ikut melestarikan dengan mengajak semua pihak, terutama kalangan generasi muda untuk terus ‘nguri-uri’ kesenian tradisional dan menjaga kelestarian budaya daerah yang merupkan warisan leluhur.
Menurutnya, kesenian tradisional harus dilestarikan karena merupakan warisan leluhur dan perlu dijaga jangan sampai tergerus oleh masuknya kesenian modern yang bermunculan.
Sementara, Kadisporabudpar Kabupaten Grobogan Ngadino mengatakan di wilayah Kabupaten Grobogan terdapat banyak seniman dan pertunjukkan wayang kulit masih sangat diminati, meski dua tahun lebih aktivitas mereka tidak terdengar akibat pandemi.
Namun, saat ini para seniman dan dalang mulai bisa tampil lagi, bahkan pesanan job pementasan juga mulai bermunculan dan diharapkan setelah pandemi melandai aktivitas mereka semakin berkembang.
Menurutnya, dengan mulai adanya kelonggaran bisa manggung, seniman bisa berkreasi lagi meski dengan keterbatasan waktu, namun ini sebagai tanda-tanda kebangkitan kembali kesenian tradisional di daerah.
Sementara itu, Ki Hadi Parwito mengatakan sejak terjadi pandemi pada Maret 2020 lalu, tidak ada izin dari pemerintah setempat untuk menggelar pementasan kesenian, sehingga menyebabkan para seniman tidak mendapatkan job pertunjukkan dan dirasa kini cukup memberatkan mereka.
Dengan kondisi itu, para seniman terancam tidak dapat ‘nempur beras’ (membeli beras), karena telah kehilangan pendapatan selama dua tahun tidak dizinkan menggelar pertunjukkan, job pementasan pun terhenti total.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait