Fenomena lain saat ini banyak remaja putri dan putra yang bermake up atau melakukan perawatan wajah belum waktunya, hal tersebut mempengaruhi kesehatan dan regenerasi kulit. Bahkan menjadi kecanduan, cirinya diketahui saat berhenti menggunakan cream, muka langsung rusak, bisa merah atau bruntusan.
"Kandungan mercuri pada kosmetik memang tidak bisa diketahui kasat mata, harus di cek laborat. Jangan ragu untuk melaporkan BPOM bila melihat indikasi ada merkuri atau bahan berbahaya, indentitas pelapor juga aman," ungkapnya.
Sebagai dokter kulit, Renni prihatin dengan keadaan tersebut, dan ia menaruh harapan masyarakat paham dan teredukasi mengenai kosmetik yang sehat, tanpa campuran obat.
Saat ini konsumen dihadapkan pada banyak pilihan kosmetik, baik menggunakan brand lokal maupun dari luar negeri.
Konsumen harus jeli dengan komposisi bahan yang digunakan. Hal tersebut demi keamanan dan kesehatan.
"Ada ratusan bahan alami yang bisa menyehatkan dan membuat kulit jadi cantik. Selama ini saya sudah meneliti sedikitnya 180 bahan, yang kemudian saya wujudkan dalam bentuk kosmetik, Munkos, brand milik saya," ungkap Renni.
Jadi Muntira Kosmetik atau Munkos tercipta dari keprihatinannya masih maraknya penyakit yang disebabkan karena kosmetik yang salah.
"Muntira Kosmetik sudah ada sejak 12 tahun lalu. Namun baru resmi berijin dan beredar tahun 2021. Kami pastikan seluruh bahannya alami dan sesuai takaran yang diperbolehkan," imbuh dr Renni yang juga menjabat Humas IDI Jateng.
Muntira Skin Care ada di Kudus, memiliki peralatan kesehatan wajah yang lengkap. Selain penjualan produk di klinik skin care, juga merambah pasar online.
"Produk Muntira ada 49 jenis, saat ini sudah bisa didapat dipasar online. Tidak hanya penjualan eceran, kami juga mulai membuka distributor, reseller dan dropship. Respon masyarakat sangat bagus, ini memacu kami terus mengembangkan bisnis ini secara online," imbuhnya.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait