SEMARANG, iNewsJatenginfo.id - Investasi yang dilakukan oleh PT Biotek Farmasi Indonesia yang memproduksi obat tradisional lisensi yang menuju klasifikasi Fitofarmaka, mendapat dukungan dari Anggota Komisi IX DPR RI Dr H Edy Wuryanto, SKP, MKep.
Edy berharap dengan adanya PT Biotek ini, Indonesia nantinya tidak akan selalu tergantung dengan obat-obat impor produksi negara maju.
Hal itu disampaikan Edy dalam konferensi pers usai kegiatan Hybrid Seminar "Obat Tradisional Lisensi Terobosan Baru Kualitas Dunia Produksi Anak Bangsa", yang diadakan di Hotel Gumaya, Kota Semarang, Sabtu (18/6).
Kegiatan tersebut merupakan sinergitas yang dilakukan oleh PT Biotek Farmasi Indonesia dengan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Hadiri di kegiatan itu kalangan apoteker yang berada di Jateng.
"Saya support dengan Presiden Joko Widodo yang sudah sangat marah agar kita tak tergantung dengan obat impor karena 90 persen obat kita impor, APBN kita di bidang kesehatan sangat kecil," katanya.
"Dan untuk itu butuh dukungan pihak swasta untuk mendorong riset teknologi berkembang di Indonesia, Nah Biotek inikan inovasi di bidang menuju Fitofarmaka. Fitofarmaka ini baru, pak menteri baru me-launching Fitofarmaka dan diharapkan nanti masuk formularium nasional dan nanti diharapkan bisa digunakan peserta BPJS. Sehingga obat ini bisa digunakan ole semua lapisan masyarakat," jelasnya.
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar, SKM, MSc, MSi, sangat mendorong adanya investasi pihak swasta di bidang kesehatan.
"Kalau ada anak bangsa yang punya kreatifitas dan mau berinvestasi di negara kita kenapa tidak, utamanya dalam kemaslahatan masyarakat Indonesia khususnya dalam hal kesehatan. karena kesehatan itu mahal, bila dia sudah menjadi sakit," katanya.
PT Biotek Launching Dua Obat Produknya.
Kegiatan tersebut juga merupakan perkenalan produk Biotchnology Processed Material. Ada dua produk yang diluncurkan Biotek di kegiatan itu yakni Viradef dan Regimun, yang merupakan produk terobosan baru "Byon Ordinary" dengan efikasi dan keamanan terbaik di dunia.
CEO PT Biotek Farmasi Indonesia Toni Lay mengatakan saat ini produknya telah melakukan pemantapan penyusunan protokol untuk uji klinis di BPOM RI dan akan masuk klasifikasi fitofarmaka.
Untuk diketahui Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.
"Efikasi kami sudah banyak evidence based, cuman supaya diakui oleh dunia harus melalui tahapan uji klinis yang sesuai standar WHO," kata Toni Lay, saat konferensi pers, Sabtu (18/6).
Hari ini, Biotek meluncurkan dua produknya yakni "Viradef itu antivirus, jadi dia itu berhadapan dengan virus Covid, Influenza termasuk juga Hepatitis.
Tidak ada satupun obat antivirus yang bisa menekan virus kecuali Viradef. Biasanya kan obat itu menunggu pasiennya pulih baru imun tubuhnya sendiri yang berhadapan dengan virus, kalau Viradef akan meningkatkan supaya cepat pulih dan langsung berhadapan dengan virus," jelasnya.
Sedangka Regimun berfungsi untuk autoimun atau overaktif imun.
"Jadi selain autoimun juga biasa dipakai untuk anti radang," imbuhnya.
Toni Lay mengatakan saat ini masyarakat yang ingin menggunakan kedua obat tersebut tidak perlu menggunakan resep dokter.
"Obat ini tanpa resep dokter, makanya saya sampaikan ke publik obat inikan antivirus dengan bahan herbal memenuhi syarat aman maka diijinkan dan diedarkan. Secara efikasi obat ini aman dan bisa kita adu dengan obat kimia, kita punya efikasi lebih kuat daripada obat kimia. Obat ini yang namanya ujiklinis tinggal ketok palu," bebernya.
Obat produksi PT Biotek saat ini sudah ditemui di pasar, Viradef dengan isi 120 harga Rp1 juta.
Toni berharap pemerintah Indonesia mendukung perusahaan-perusahaan yang berinkubasi.
"Seperti kami, kami kan semua produk ciptaan kami dan kami tidak meniru produk orang lain. Mungkin di Indonesia cuman satu yang seperti kita, semua produk ciptaan sendiri tidak ada di pasar yang memiliki produk seperti kita," ujarnya.
Oleh itu, Toni Lay meminta DPR RI untuk mendorong pemerintah supaya lebih cepat mendukung kemandirian obat nasional.
"Kalau tidak nanti ditangkap oleh negara luar, karena negara luar sangat aktif kalau perusahaan ini punya obat antivirus dia langsung samperin, kamu investasi disini dengan kemudahan diberikan semua. Cuma karena kami kan Bangsa Indonesia, kami tidak kenal Vietnam atau Singapura dan kami memilih berinvestasi di Indonesia saja," harapnya.
Saat ini pabrik yang baru berjalan milik PT Biotek Farmasi Indonesia berada di Pulogadung, DKI Jakarta.
"Saat ini kami sedang membangun pabrik di Brebes, nantinya pabrik di Brebes ini bukan menjadi pabrik kedua namun jadi pabrik induk. Kami dari awal maunya di Brebes, karena kami telah melakukan riset dan Jateng ini jauh lebih adem," kata Toni.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait