get app
inews
Aa Text
Read Next : Tagih Hutang Pemerintah Rp 314 Miliar, Cucu KGPAA Mangkunegara VIII Pertanyakan Komitmen Jokowi

Sebut Warisan Utang Jokowi Ugal-ugalan, Ekonom Senior Minta Prabowo Waspada

Senin, 16 September 2024 | 23:32 WIB
header img
Ekonom menilai Jokowi akan mewariskan utang yang ugal-ugalan kepada Prabowo (Foto: Kemhan RI/YouTube)

JAKARTA, iNewsJatenginfo.id - Ekonom senior sekaligus Rektor Universitas Paramadina Didik J Rachbini mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewariskan utang yang sangat besar. Hal itu pun akan berdampak pada pemerintahan selanjutnya yang akan dipimpin oleh Prabowo Subianto.

Menurutnya, saat ini utang luar negeri Indonesia sudah tidak efisien. Bagaimana tidak, berdasarkan data jumlahnya telah mencapai Rp1.500 triliun dalam bentuk SBN (Surat Berharga Negara) dan dinilai tidak dapat dikontrol.

“Hal ini disebabkan tidak adanya check and balances dan tidaknya ada demokrasi, itulah yang menyebabkannya menjadi ugal-ugalan dan menyebabkan Jokowi mewariskan utang ini yang menjadi beban negara ke depan,” tutur dia dalam diskusi “Melanjutkan Kritisisme Faisal Basri: Memperkuat Masyarakat Sipil, Mengawasi Kekuasaan” pada Minggu (15/9/2024).

Lebih lanjut, Didik menjelaskan bahwa peringatan ini pada dasarnya sudah disampaikan oleh almarhum Ekonom Senior Faisal Basri. Kala itu, Faisal menjelaskan bahwa Prabowo akan mengalami krisis akibat warisan utang Jokowi.
“Prabowo sudah diingatkan oleh Faisal Basri dan mengatakan kalau Prabowo meneruskan kebijakan Jokowi, Insya Allah akan krisis," kata dia.

Tak cuma itu, Didik juga menyoroti kebijakan fiskal yang defisit karena tidak bijaksana. Bagaimana tidak, pemerintah menjadikan saat-saat krisis untuk mengambil hutang sebanyak-banyaknya.

Bahkan, kata Didik, Faisal Basri juga mengeritik program hilirisasi, di mana sumber masalahnya terletak pada deindustrialisasi. Hilirisasi menurut Faisal Basri sebaiknya diformatkan menjadi industrialisasi.

“Industri ini yang paling jeblok saat BMP (Bobot Manfaat Perusahaan) turun di bawah 50 persen, dan tidak ada kebijakan industri sehingga mustahil untuk tumbuh 6-7 persen, apalagi 8 persen,” ucap Didik. 

“Target pertumbuhan ekonomi yang 8 persen menurut Faisal Basri adalah target yang Ngawur. Kiranya hal itu adalah isu paling penting, tetapi selama industri jeblok maka jangan harap ekonomi akan tumbuh dengan baik” tutur dia. 

Terakhir, ia juga mengingatkan defisit neraca transaksi berjalan yang kalah jauh dari Vietnam dan juga nyaris disalip Bangladesh.Tak hanya itu, masalah pembangunan infrastruktur contohnya, seperti kereta api cepat, disampaikan melalui Didik bawa Faisal Basri pernah mengungkapkan bahwa terburuknya sampai kiamat pun tidak akan bisa lunas. 

Sementara itu, diskusi “Melanjutkan Kritisisme Faisal Basri: Memperkuat Masyarakat Sipil, Mengawasi Kekuasaan” diadakan bekerjasama dengan Universitas Diponegoro, Universitas Paramadina, LP3ES, INDEF dan KITLV Leiden.

Editor : Iman Nurhayanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut