SEMARANG, iNewsJatenginfo.id - Kasus penganiayaan siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang mendapat sorotan Komisi X DPR RI.
Seorang siswa MTs berinisial F (15) tega menyeterika dada adik kelasnya alias D (14) lantaran tak terima ibunya diejek.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Agustina Wilujeng Pramestuti, menilai hal tersebut mencerminkan kegagalan dunia pendidikan dalam membangun karakter siswa. Hal itu ia sampaikan di Panti Marhaen, Kota Semarang, Rabu, 22 Mei 2024.
Menurut politikus PDI Perjuangan tersebut, tindakan pelaku merupakan masalah yang sangat serius dan perlu tindak lanjut.
“Di sisi itulah saya melihat kegagalan pendidikan kita, ini harus segera dikoreksi. Kalau sampai anak-anak punya ide untuk menyeterika orang lain, entah itu teman atau saudara, itu masalah sangat serius,” ujar Agustina.
Perihal penanganan kasus itu, tutur Agustina, ia menyebut harus melihat dari dua sisi yang berbeda.
“Kita harus lihat dulu dari berbagai macam sisi. Apa pun ini, dua-duanya menjadi sakit, pelakunya berdampak sakit, korbannya lebih sakit lagi,” tuturnya.
Lebih lanjut, pihaknya yang menaungi bidang pendidikan di legislatif RI, berharap sistem pendidikan ke depannya mendapat perbaikan.
“Karena itu akan sangat memengaruhi bagaimana kita menyelesaikan proses yang seperti itu. Coba bayangkan bullying seperti itu, kalau orang dewasa yang menjalankan itu pidana. Kalau ini anak-anak, gimana cara menyelesaikannya? Pusing banget,” akunya.
Tak boleh hanya salahkan satu pihak dalam kasus siswa setrika dada adik kelas di MTs Semarang
Pihaknya pun menilai kejadian itu sangat kompleks. Sehingga, lanjut Agustina, tak boleh hanya menyalahkan satu pihak saja.
“Di mana pun kejadiannya itu tidak benar. Jangan hanya menyalahkan ‘Kenapa kok korbannya mengejek?’ atau ‘Kenapa kamu menyeterikanya?’ Itu tidak boleh,” beber Agustina.
Menurutnya, kejadian itu tidak secara tiba-tiba atau begitu saja terjadi. Sebagai solusi, kata Agustina, penting untuk menyelesaikan masalah itu secara keseluruhan.
“Itu harus secara holistik ditemukan. Kalau satu peristiwa ini tidak terselesaikan dengan baik, akan muncul peristiwa yang lain,” tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Ahmad Faridi, menyebut pelaku berinisial F (15) adalah kakak kelas korban alias D (14). Pelaku tega menyeterika tubuh korban lantaran tak terima korban mengejek nama orang tuanya.
“Iya [ejekan nama orang tua] begitulah. Mungkin niatnya [bercanda], tapi ada yang tidak terima,” ujar Faridi.
Menurut informasi yang Faridi peroleh, korban memanggil pelaku dengan nama ibunya. Akan tetapi, pelaku merasa tak terima.
“Sudah saling memaafkan, ternyata si pelaku tidak puas dengan permintaan maaf apa gimana,” tandasnya.
Editor : Iman Nurhayanto