KENDAL, iNewsJatenginfo.id - Sabtu 6 Agustus 2022, siang menjelang Ashar, saya mampir ke rumah H. Zaedi di Cepiring. Kami memang sudah janjian ketemu setelah acara di Semarang selesai. Setelah dipersilakan masuk oleh putranya di ruang tamu, saya ditemui istrinya Hj. Ida Istiana sambil menunggu kedatangan H. Zaedi dari rice-mill miliknya.
Dihadapan saya dan H. Zaedi, Hj. Ida bercerita tentang kekhawatiran dan rasa pesimisnya mencairkan premi BRI-Life Davestera milik mereka berdua sebesar Rp 1 Milyar, yang terdiri 2 polis masing-masing Rp 500 juta. Polis tersebut telah jatuh tempo (jangka waktu 5 tahun) sejak beberapa bulan lalu. Yang menarik perhatian saya justru salah satu polis senilai Rp 500 juta berasal dari hutang KUR BRI cabang Kendal sebesar Rp 500 juta dengan jangka waktu kredit 5 tahun, sama dengan jangka waktu Asuransi BRI-life Davestera.
Menurut penuturan Hj. Ida, beliau sudah cukup lelah dalam mengurus secara baik-baik dan telah menanyakan ke staf BRI Cabang Kendal yang dulu mengurusi hal itu. Ihtiar menemui dan menanyakan langsung ke Kantor Cabang BRI-life di Semarang pun telah beberapa kali dilakukan. Pasutri ini didampingi Iptu M. Yusuf (Kapolsek Gemuh) dalam pengurusannya ke berbagai pihak terkait. Kebetulan kami berempat teman satu sekolah, alumni SMA Muhammadiyah 1 Weleri angkatan 1987.
Menurut penuturan Hj. Ida berdasarkan informasi dari M. Yusuf, setidaknya ada 77 anggota Polres Kendal juga menjadi nasabah terdampak BRI-life Davestera. Sejumlah 70-an Polis milik anggota telah dicairkan penuh, setelah secara bersama-sama mendatangi BRI Kancab Kendal. Sisanya 7 polis belum cair dan 'katanya' dijanjikan tanggal 15/8/2022 mendatang. Melalui telepon dengan saya, M. Yusuf menyampaikan akan menunggu hingga tanggal 17 Agustus 2022, sebelum melakukan langkah lanjutan apabila belum cair.
Hj. Ida juga menceritakan sejak awal hingga mereka berdua berani menginvestasikan uangnya di BRI-Life, setelah 'kepincut' (tertarik) dengan apa yang dijanjikan Sdri Virga karyawati BRI-Life yang menggawangi layanan di kantor BRI Cabang Kendal saat itu (2017). Juga percaya setelah "diyakinkan" saudara Danang, karyawan BRI Kendal yang sempat datang ke rumah Hj. Ida-H. Zaedi di Cepiring waktu itu. Saat ini Virga sudah resign dari BRI-Life dan "menghilang" entah tinggal dimana. H. Zaedi memberikan copy PDF berisi Surat Keterangan berkop BRI Cabang Pemalang dari Danang yang ditandatangani, tempat dimana sekarang dia bekerja.
Dari penuturan Hj. Ida pula terdapat 180-an nasabah BRI-Life di Kendal yang sekarang 'bermasalah' dan terkumpul dalam satu group FB. Tentu jika ditelusuri lebih lanjut saya menduga jumlahnya akan lebih dari itu. Laksana gunung es, jumlah tersebut baru puncak yang nampak di permukaan. Mengingat produk BRI-Life selalu dikaitkan dengan debitur BRI Cabang Kendal yang baru mencairkan kredit, khususnya KUR (Kredit Usaha Rakyat).
Jika diasumsikan pada tahun 2017 (5 tahun lalu) dalam sehari terdapat pencairan kredit 10 orang, dikalikan jumlah hari efektif per bulan (20 hari), lalu dikalikan 12 bulan. Maka kita akan menemukan jumlah nasabah kurang lebih 2400 orang. Maka perkiraan asuransi BRI-life Davestera yang jatuh tempo tahun 2022 bisa mencapai ribuan polis.
Singkat kata, Hj. Ida dan H. Zaedi meminta kesediaan saya untuk mendampingi mereka berdua menghadap Pimpinan Cabang BRI Kendal pada hari Senin, 8 Agustus 2022. Tujuannya untuk menanyakan, tabayyun (mengklarifikasi), penjelasan serta meminta bantuan agar masalah ini segera selesai.
Meski secara manajemen terpisah, tetapi BRI-life adalah anak perusahaan PT. BRI Tbk Persero yang secara faktual beroperasi di setiap BRI Kantor Cabang. Sebuah realitas, fakta lapangan yang tidak dapat dipungkiri. Apalagi sama-sama menggunakan nama BRI sebagai brand-image perusahaan.
Sebagai teman terus terang saya 'ora mentolo' (tidak tega hati) untuk tidak membantu. Setidaknya ada 2 alasan, yaitu :
Pertama, uang sebesar Rp 1 Milyar yang sudah 5 tahun diinvestasikan ke dalam produk Davestera (Dana Investasi Sejahtera) BRI-life, jumlah yang sangat besar bagi ukuran kami. Sebagai nasabah tentu kita sangat mafhum bilamana setiap nasabah mengharapkan profit yang memadai sesuai besaran profit yang dijanjikan pada saat melakukan transaksi asuransi. Apalagi--berdasarkan penuturan Hj. Ida-- sejak awal mula tidak diberitahu resiko investasi (risk investment) secara terbuka, dan hanya diberi 'harapan/impian' investasi yang serba menguntungkan dan nir resiko rugi.
Saya menduga, resiko investasi hanya disampaikan oleh sales-man/sales-girl secara sekilas atau sekedar memakai narasi lain yang lazim dilakukan sebagai sales produk asuransi. Misalnya, ungkapan "resiko kerugian kecil atau sangat kecil".
Kedua, sudah hampir sepekan Hj. Ida terpapar insomnia (penyakit sulit tidur) akibat memikirkan polis yang telah dijanjikan belum cair sampai akhir Juli lalu. Apalagi saya mengetahui kondisi kesehatan Hj. Ida yang beberapa bulan lalu baru sembuh dari penyakit autoimune, dan menghabiskan banyak dana untuk berobat di dalam negeri dan ke luar negeri.
Istri Juga Ikut BRI-life
Sekitar bulan Mei-Juni saya pertama kali mengetahui masalah ini setelah Hj. Ida dan H. Zaedi bercerita soal kasus BRI-life yang menimpanya. Akibat beliau berdua tertimpa masalah itu, sampai-sampai rencana piknik bulan Juni ke Bromo bersama teman-2 SMA sempat ditunda. Dan baru terlaksana 15-17 Juli 2022 lalu. Lumayan buat refreshing dan sedikit melupakan permasalahan hidup yang ditemui kami sehari-hari.
Upaya yang telah beliau berdua lakukan sudah maksimal, didampingi M. Yusuf yang sejak awal diminta membantu. Saya sendiri tidak terlibat secara langsung karena memang tidak diminta beliau dan tidak menjadi nasabah BRI/BRI-life. Progress sementara, sebagaimana diceritakan Hj. Ida ketika tamasya bersama, Pimpinan Cabang BRI-life Semarang berjanji akan melakukan pencairan penuh (Rp 1 Milyar) pada akhir Juli 2022.
Saya tidak mengira jika ternyata istri menjadi nasabah BRI-life Davestera sebesar Rp 25 juta. Transaksi terjadi ketika istri mengajukan dan menerima KUR dari BRI Kendal pada bulan Juli 2017. Dengan perhitungan jangka waktu 5 tahun, maka jatuh tempo polis milik istri saya pada 28 Juli 2022.
Saya sempat kaget dan meminta istri untuk mencari buku polis sebagai bahan untuk mengurus klaim. Pada saat itu (2017) istri telah menyetorkan uang Rp 25 juta "gemblondong" (secara utuh/penuh) kepada pegawai BRI-life yang didampingi karyawan BRI Kancab Kendal. Seingat istri, buku polis asuransi dan bukti administrasi lain yang menyertai akan dikirimkan/disusulkan ke rumah.
Selama 2 pekan istri saya berusaha mencari dan mengurutkan berkas administrasi ---baik di rumah maupun di toko. Alhamdulillah pada awal bulan Agustus, nomor polis bisa diketahui setelah dibantu teman dan saudara yang bekerja di BRI. Yang penting Nomor Polis atas nama istri sudah jetemu. Soal posisi investasi Davestera dan seterusnya kita bisa merunut lewat laman resmi BRI-life. Atau konsultasi dan 'rembugan' dengan Pimcab BRI-life di Semarang.
Sepulang silaturahmi dari rumah H. Zaedi di Cepiring (Sabtu petang, 6/8/2022) saya mencoba mencari tahu hal ihwal informasi BRI-life di berbagai laman digital. Selama 2 hari berturut-turut, Sabtu malam hingga Ahad petang, 6-7 Agustus 2022, saya berihtiar menghubungi beberapa teman yang berkhidmat dan bekerja secara profesional di Bank BUMN, Bank Indonesia, OJK, Asuransi, Polri, DPP Ikadin dan Ombudsman RI. Niat baik saya hanya satu, sekedar ingin "ngangsu kaweruh" (memperdalam ilmu) terkait masalah BRI-life dan ingin membantu apa yang sedang menimpa istri, saudara dan teman-teman bisa segera selesai. Selain itu, agar supaya saya dapat menerima gambaran secara integral dan holistik terkait produk Asuransi, khususnya BRI-life.
Menghadap Pimcab BRI Kendal
Senin 8 Agustus 2022 pukul 10.00 WIB, kami bertiga tiba di BRI Kancab Kendal. Saya, Hj. Ida dan H. Zaedi segera naik ke lantai 2. Saya matur dengan salah satu staf yang kami temui: "Maaf mbak, kami mau ketemu bapak Pimcab bisa dibantu ya," kata saya.
"Keperluannya apa pak, saya sampaikan dulu ke Sekretaris Pimcab," tanya mbaknya (lupa saya menanyakan namanya). "Kami mau konsultasi soal BRI-life. Bersama dengan H. Zaedi dan Hj. Ida dari Cepiring, saya Khafid dari Weleri," ucapnya.
"Silakan duduk dulu pak," jawab mbak BRI sambil mempersilahkan kami duduk, lalu menuju ruang kerja Pimcab BRI Kendal.
Sekitar 10 menit, Sekretaris Pimcab BRI keluar menemui kami di ruang tunggu.
"Maaf bapak untuk keperluan apa ya mau ketemu bapak," sapanya setelah duduk di samping kami. "Ini kartu nama saya. Saya dan beliau berdua ini H. Zaedi dan Hj. Ida dari Cepiring mau konsultasi terkait BRI-life," jawab saya sambil meminta tolong dan berkenan menyampaikan ke Pimcab. Selanjutnya sekretaris Pimcab BRI kembali masuk ke ruang kerja Pimcab.
Kurang lebih 5 menit kemudian, Pimcab BRI keluar menemui kami didampingi Sekretaris Pimcab dan saudara Heru karyawan BRI cabang Kendal yang kebetulan teman kami satu SMA. "Assalamualaikum bapak dan ibu, perkenalkan nama saya Hendi Pimcab BRI Kendal yang baru 2 bulan bertugas disini", sapa ramah pemilik nama lengkap Wicaksono Hendiko Putro. "Waalaikum salam" jawab kami sambil memperkenalkan diri bertiga.
Setelah menjelaskan singkat kedudukan BRI-life sebagai anak perusahaan PT BRI Tbk, beliau juga menerangkan keberadaan layanan BRI-life di BRI Kancab Kendal. Bahkan pak Hendi mengaku ikut BRI-life Davestera sebesar Rp 75 juta.
Setelah pak Hendi menerangkan sekilas positioning BRI dengan BRI-life, beliau mempersilahkan kami menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan menemui Pimcab. Saya menyampaikan terimakasih dan ijin untuk merekam semua pembicaraan ke dalam hp-android recorder. "Maturnuwun pak Hendi atas perkenannya menerima kami" tutur saya, kemudian mempersilahkan H. Zaedi dan Hj. Ida agar menyampaikan "uneg-uneg"-nya kepada Pimcab BRI disaksikan kami berenam.
Semua narasi, pernyataan dan keterangan dari kami bertiga dan pihak BRI Kendal telah disampaikan secara jelas dan terbuka. Termasuk suara Hj. Ida yang menangis dan nampak sangat emosional karena takut kehilangan nilai polis Rp 1 Milyar yang sudah diinvestasikan selama 5 tahun. Dialog sempat terhenti sejenak ketika salah satu staf BRI menyuguhkan minuman teh manis hangat buat kami. "Silakan diminum bapak ibu," pak Hendi mempersilahkan kami.
"Terimakasih pak, mohon maaf kebetulan kami sedang puasa Syuro" jawab saya. Lalu kami melanjutkan pembicaraan terkait masalah BRI-life dan sebagai nasabah BRI Kancab Kendal.
Singkat kalimat, pak Hendi menjanjikan akan membantu menghubungi Pimcab BRI-life Semarang segera setelah pertemuan selesai, selain akan membuat surat resmi agar masalah BRI-life ini dapat segera dituntaskan. Rasa terimakasih kami haturkan kepada pak Hendi, sambil kami pamitan keluar dari pertemuan siang itu.
"Kabar Baik dari H. Zaedi"
Selepas dari BRI Kancab Kendal, saya langsung bergerak menuju Solo untuk mengikuti kegiatan Sarasehan Pemuda Jawa Tengah bersama Menteri Pemuda dan Olah Raga, Ketua Komisi X DPR, mas Gibran Walikota Solo dan bung Hendar Prihadi Walikota Semarang yang juga Ketua Korps Alumni KNPI Jateng periode 2022-2027. Selama 2 hari, selaku Wakil Ketua Korps Alumni KNPI Jateng, saya mengikuti serangkaian acara Musda KNPI Jateng di hotel Sunan Solo.
Di tengah perjalanan menuju Solo, H. Zaedi menelpon dan menyampaikan progress report (perkembangan mutakhir) pasca pertemuan di BRI Kancab Kendal. Dia menyampaikan baru saja dihubungi BRI-life Pusat Jakarta untuk memberikan nomor rekening BRI. Jika dihitung waktunya hanya sekitar 1 jam lebih sedikit, ketika saya masih berada dalam perjalanan mobil di jalan tol Boyolali. "Alhamdulillah kabar baik mas kaji. Semoga segera selesai" jawab saya singkat melalui telepon seluler.
Pada saat saya masih berkegiatan di Solo, H. Zaedi juga mengabarkan bahwa 2 polis miliknya sudah cair dan masuk ke rekening beliau di BRI sebesar Rp 1 Milyar. Adapun waktunya sore hari antara jam 16.00-17.00 WIB. Begitu juga dengan kabar baik dari M. Yusuf yang memberitahukan 7 polis milik anggota Polres Kendal juga sudah dicairkan hari itu juga. Waktunya beriringan dengan pencairan polis milik Hj. Ida dan H. Zaedi. "Alhamdulillah," saya lafadzkan lirih sebagai rasa syukur bisa membantu teman dan sesama.
Nasib Nasabah BRI-life Lain
Mendasarkan data dan fakta kejadian atas bukti-bukti administrasi (polis, dll) serta hal-ihwal proses asuransi BRI-life yang menimpa istri dan beberapa teman yang saya kenal, maka jadi ikut berpikir dan mencari, mempelajari, serta mendalami bukti-bukti dan fakta-fakta dari berbagai kalangan di Kendal yang terkait dengan BRI-life, khususnya produk Davestera.
Betapapun publik/masyarakat masih trauma dengan kasus gagal bayar Asuransi Jiwa Bumiputera yang hingga kini belum jelas penyelesaiannya.
Saya sendiri hanya bisa berharap dan memohon kepada pihak manajemen BRI-life agar masalah pencairan polis yang sudah jatuh tempo dan menimpa masyarakat Kendal sebagai nasabah setia BRI bisa terselesaikan secara baik, jujur, terbuka dan berkeadilan. Saya yakin semua nasabah BRI-life Davestera tidak ingin menerima kenyataan adanya 'penurunan nilai polis' atas investasi dana yang telah berjalan 5 tahun.
Menurut analisa subyektif sementara saya, dalam perspektif kebijakan publik, semua bermula dari ketidak-profesionalan (jujur, terbuka, amanah dan adil) oknum karyawan/karyawati BRI-life yang ditempatkan di kantor cabang BRI. Sebagai pegawai BRI-life seharusnya bisa menerangkan secara gamblang atas resiko manajemen berinvestasi melalui BRI-life Davestera. Situasi dan kondisi tersebut diperburuk dengan pelibatan secara aktif dari oknum karyawan Kancab BRI yang ikut mengarahkan, membantu dan membersamai debitur BRI dalam proses transaksi dengan BRI-life.
Bukankah Menteri BUMN Erick Tohir sudah mendeklarasikan BUMN ber-AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif) sebagai 'core values' (nilai-nilai utama). Ke-enam nilai utama tersebut sudah seharusnya menjadi landasan etik dan normatif bagi setiap pimpinan, pegawai dan karyawan bank BUMN (beserta anak perusahaan BUMN) yang harus dipedomani dan diimplementasikan oleh setiap insan atau Sumber Daya Manusia BUMN.
"Saya hanya berharap dan berdoa, semoga kasus yang menimpa nasabah BRI-life Davestera di Kendal bisa segera teratasi dan mampu diselesaikan secara baik-baik dan tidak merugikan nasabah. Sebab bukan tidak mungkin masalah ini juga menimpa banyak nasabah BRI di 35 kabupaten/kota dan 576 kecamatan se Jawa Tengah" pungkasnya.
Wallahu'alam
Editor : Iman Nurhayanto