Jadi pada intinya Yasinan dan Tahlilan merupakan tradisi yang telah ada sejak zaman dahulu dan sampai sekarang sudah menjadi tradisi dan terus dijalankan masyarakat muslim di Indonesia.
Keutamaan Surat Yasin
Dalam banyak riwayat, Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: مَنْ قَرَأَ يس فِي لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ غُفِرَ لَهُ Artinya: "Barangsiapa membaca (surat) Yasin pada malam hari dengan mengharap keridoan Allah, ia akan diampuni (dosanya)." (HR At Thobroni/145, 418; Al-Baihaqi/2360, 2361 dari Abu Hurairoh; Ad Darimi/3478 dari Hasan, Dishahihkan oleh Ibnu Hibban/2626) Dalam riwayat lain disebutkan dari Maqol bin Yasar, bahwa Nabi bersabda: "Bacalah untuk orang mati di antara kamu, Surat Yasin." (Hadis Sahih Riwayat Ibnu Hibban/3064, juga diriwayatkan Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad, An-Nasai, Al-Hakim, Ath-thobroni, Al-Baihaqi)
Masyarakat Indonesia yang mayoritas bermazhab Syafi'iiyah tentu tak asing dengan Yasinan ini. Dilansir dari beritasantri, Ibnu Hajar al-Asqalani (1372-1449 M) dalam kitabnya menceritakan: "Ibnu Abdil Hakam menjawab pertanyaan yang disodorkan kepadanya tentang boleh atau tidaknya membacakan Al-Qur'an untuk mayit: "Saat Imam Syafi'i (767-820 M) wafat, murid-murid beliau berkumpul di dekat kepala beliau.
Lantas seorang dari mereka membaca Surat Yasin dan tak seorang pun mengingkarinya. Lalu mereka bersama menyaksikan pemandian jenazah Beliau dan terus berdiri hingga dikafani." (Tawali Taksis, hal 178) Demikian ulasan sejarah tradisi Yasinan di Indonesia.
Tradisi Yasinan sampai sekarang terus dihidupkan masyarakat muslim terlebih untuk dihadiahkan kepada orang-orang terdekat atau kerabat yang meninggal dunia.
Editor : Iman Nurhayanto