Namun sayangnya, yang dilihat hanya potongan 5 menit terakhir saja sehingga ia dijuluki sebagai pembawa berita kematian, sementara 10 menit edukasi hilang begitu saja.
“Yang selalu dilihat pada potongan 5 menit terakhir bahwa Achmad Yurianto adalah pembawa berita kematian,” ucap Yuri disambut tawa orang-orang yang hadir dalam diskusi tersebut.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) itu pun mencari cara agar masyarakat lebih mendengar edukasi ketimbang data-data itu dengan menyelipkan edukasi di tengah-tengah pengumuman data terbaru kasus Covid-19.
Sayangnya, data itu disorot lagi saat ia memotong sesi data itu.
“Yang saya akali tidak dipotong-potong, data-data itu saya tambahi nilai edukasi. Begitu saya potong lagi itu dirangkai lagi,” terangnya dibalas gelak tawa.
Karena itu, Yuri berterima kasih karena dijuluki sebagai pembawa berita kematian. Namun keadaan berubah saat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkomifo) menunjuk dr. Reisa Broto Asmoro sebagai jubir mendampinginya, pandangan publik berubah seketika bahwa Covid-19 tidak lagi menakutkan.
“Begitu partner saya yang ditunjuk Kemenkominfo muncul, dokter Reisa yang memberikan informasi, baru berubah pandangan bahwa covid tidak menakutkan lagi. Tidak menakutkan lagi pokoknya, yang baca Covid maksudnya,” ungkap Yuri lalu dibalas tawa kembali.
Editor : Iman Nurhayanto