SOLO, iNewsJatenginfo.id – Di tengah tantangan modernisasi ilmu pengetahuan teknologi informasi dan komputerisasi, kebutuhan untuk meletakkan dasar-dasar kepribadian yang kuat terhadap anak didik sejak dini merupakan tantangan yang sangat nyata.
Dunia pendidikan memberikan respon yang sangat nyata khusus terhadap tantangan di atas. Kebijakan tentang pendidikan agama di sekolah-sekolah semakin di mantapkan dan di tingkatkan mutunya.
Sebagai sekolah atau madrasah misi pendidikan di Muhammadiyah memiliki 4 fungsi yaitu sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan, pelayanan masyarakat, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan kaderisasi.
Dengan adanya fungsi-fungsi tersebut sekolah atau madrasah di Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untuk memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalam kepribadian, keagamaan, kelimuan, keterampilan, berkarya seni budaya dan berdaya saing tinggi, baik di tingkat lokal, nasional maupun global.
Di dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur’an kita ingat bahwa potensi, karakter siswa memiliki perbedaan. Bagaimana menghafal Juz Amma dengan mudah dan kuat. Juz Amma berisi surat-surat pendek Al-Qur’an pada juz 30. Seperti yang kita semua tahu, Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia selayaknya dibaca setiap hari dan dihafalkan karena memilki keutamaan dan manfaat yang besar.
Apabila potensi murid dirangsang, kemauan peserta didik untuk aktif akan muncul. Di tingkatan sekolah dasar, salah satu solusi mudah menghafal Juz Amma adalah menggunakan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran dilakukan dengan beragam cara untuk memahami informasi baru bagi semua murid dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk: mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran evaluasi sehingga semua murid di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif.
Strategi Pembelajaran berdiferensiasi ada 3 yaitu: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.
Sedangkan Q.S Ali Imron :138 “(Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”. Dalam HR. Bukhori dan Muslim “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan pertama, topik, tujuan dan langkah kegiatan dalam pembelajaran harus dijelaskan terlebih dahulu oleh guru.
Kedua, mengetahui maksud simbol huruf “T”: ayat tersebut dibaca dengan nada tinggi. Huruf “S”: ayat tersebut dibaca dengan nada sedang. Huruf “R” ayat tersebut dibaca dengan nada rendah. Huruf “AT”: ayat tersebut dibaca angkat tinggi. Tanda garis tegak menunjukkan pemenggalan ayat. Tanda anak panah menunjukkan tempat dimulainya bacaan setelah pemenggalan ayat.
Ketiga mengetahui pola dasar, pola 1: T-R, pla 2: T-S-R, pla 3: T-R-AT-R, pla 3a: T-S-R-AT-R dan pla 3b: T-R-AT-S-R.
Keempat membagi kelompok atau pasangan sesuai dengan jenis kelamin dalam satu bangku. Kelima, dalam pasangan tersebut peserta didik menghafalkan secara bergantian. Keenam, setelah merasa kuat dalam hafalan tersebut saling kroscek. Ketujuh guru mengadakan penilaian hafalan.
Praktik pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan idealnya guru juga dapat mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional didalamnya.
Mengapa demikian? Sebab, melalui pembelajaran sosial emosional guru akan bisa memperbaiki pola pikir dirinya dan juga muridnya; sehingga akan lebih positif dalam memandang kepada diri maupun lingkungannya juga proses belajar yang dilalui sehingga dapat mengoptimalkan proses pembelajaran yang berlangsung.
Di samping itu, melalui pembelajaran sosial emosional, guru dan murid akan bersama-sama belajar untuk terampil mengelola diri dan menjalin interaksi sosial yang positif sehingga dapat mengurangi timbulnya konflik baik didalam diri guru atau murid maupun antara guru dengan murid.
Konflik yang dapat diminimalisir ini dimungkinkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan merangsang tumbuhnya karakter-karakter positif pada guru maupun murid yang merupakan bekal awal terwujudnya profil pelajar pancasila.
Seperti yang telah penulis lakukan di Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan. Mereka terlihat lebih mudah dan terpacu karena buku panduan yang disusun bertujuan untuk membantu guru peserta didik di sekolah atau madrasah Muhammadiyah Kota Surakarta yang selama ini lagu dan irama (nagham) nya masih berjalan sendiri-sendiri dan bervariatif, sehingga bisa seragam; senada dan seirama sebagaimana mestinya.
Dengan berjalannya waktu insyaallah ke depan karakter dan ciri khususnya akan muncul dengan bimbingan guru-guru didampingi team Nahawand dengan koordinasi dan supervisi team Pelatihan Tahsin Tilawah Majelis Dikdasmen PDM Kota Surakarta. Dengan demikian panduan irama Nahawand mampu melahirkan qari-qari dari perguruan Muhammadiyah yang terstandar.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait