Wali Kota perempuan pertama di kota Semarang tersebut berharap, ke depannya Ibu-Ibu di kota Semarang tidak hanya sekedar memasak tetapi juga harus memperhitungkan nilai gizi setiap masakan. Dirinya juga mengungkapkan alasan mengapa lomba nasi goreng dipilih mengingat simple dan hampir semua orang suka.
"Harapan kita semua, ibu-ibu ataupun perempuan ini bergerak dengan mulai senang lagi memasak. Dalam arti bukan masak-masak yang asal masak, tetapi ibu-ibu juga memperhitungkan nilai gizinya. Kalau kita bilang ini isi piringku, jadi ada karbohidrat, ada protein, ada vitamin dan sebagainya. Dan kita masak nasi goreng karena ini universal dan semua suka nasi goreng," tuturnya.
"Yang kedua ini keguyuban, saya dengar ibu-ibu yang tadinya gak kenal, gara-gara nasi goreng mereka jadi kenal. Sampai sekarang pun, meskipun kalah, mereka masih punya grup Whats App dan lain sebagainya," imbuhnya.
Lomba nasi goreng khas Mbak Ita sendiri memang diperuntukkan untuk turut memeriahkan HUT kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia. Tetapi lebih dari itu, Mbak Ita juga ingin mengkampanyekan tentang hidup sehat, gizi seimbang, pencegahan stunting, ketahanan pangan dan urban farming sebagai salah satu fokus dari pemerintahannya.
Dalam lomba antar RT tersebut tidak hanya dimeriahkan dengan lomba memasak nasi goreng, tetapi juga terdapat lomba Yel-Yel serta lomba video. Untuk lomba nasi goreng khas Mbak Ita juara pertama diraih oleh Kelurahan Jangli, Kecamatan Tembalang disusul Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang sebagai juara ke dua dan juara ke tiga diraih oleh Kelurahan Mugas Sari, Kecamatan Semarang Selatan.
Sementara untuk lomba yel-yel juara satu diraih oleh Kelurahan Sumurejo, Kecamatan Gunungpati, kemudian juara dua diraih oleh Kelurahan Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan dan Kelurahan Pedurungan Lor berhasil menduduki juara ke tiga. Sedangkan untuk lomba video terdapat 20 kelurahan dengan predikat video terbaik.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait