Dikukuhkan Sebagai Guru Besar UIN Saizu, Inilah Rekam Jejak dan Karya Prof Achid

Elde Joyosemito
Prof Dr H Abdul Wachid Wachid BS MHum sebagai guru besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. (Foto: Dok Pribadi)

PURWOKERTO, iNewsJatenginfo.id - Senat UIN Prof KH Saifuddin Zuhri (Saizu) Purwokerto mengadakan pengukuhan enam guru besar sekaligus. Salah satu diantaranya Prof Dr H Abdul Wachid Wachid BS, MHum sebagai guru besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang akan dikukuhkan pada, Selasa (22/8) mendatang.

Tak hanya seorang dosen, Prof Achid, begitu ia biasa disapa, merupakan salah satu penulis Indonesia yang produktif menulis sastra hingga tulisan ilmiah di ranah akademis.

Ratusan karyanya telah terpublikasikan dan beberapa di antaranya berhasil sabet penghargaan bergengsi.

Tahun 2021, bukunya yang berjudul “Sastra Pencerahan” berhasil raih Hadiah Sastra Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) untuk kategori nonfiksi yang diberikan oleh Malaysia.

Kemudian, Juli 2023, Yayasan Hari Puisi Indonesia (HPI) mengumumkan buku puisi karyanya “Penyair Cinta” sebagai salah satu buku kumpulan sajak terbaik dalam Sayembara Buku Puisi Hari Puisi Indonesia 2022.

Prof Achid bakal berpidato dalam pengukuhannya dengan mengangkat judul “Moderasi Beragama melalui Literasi Sastra Indonesia di Pondok Pesantren”.

Prof Achid menyatakan bahwa pesantren menyediakan lingkungan pembelajaran yang kuat dengan pendekatan kontekstual dalam pemahaman agama.

“Ini berarti pesantren mengajarkan nilai-nilai agama dengan memperhatikan realitas sosial, kultural, dan sejarah Indonesia. Dalam konteks moderasi beragama, pesantren memberikan pemahaman yang lebih luas tentang ajaran Islam yang mengedepankan rahmatan lil'alamin (rahmat bagi seluruh alam) dan prinsip-prinsip persaudaraan,”jelansya. Menurutnya, literasi sastra sangat penting diajarkan di pesantren karena sastra memiliki kesamaan dengan tasawuf, yaitu mendekatkan hati manusia kepada Allah SWT. “Kemampuan bersastra dalam diri santri dapat melembutkan hati, pikiran, dan perilaku. Hati, pikiran, dan perilaku yang lembut merupakan pangkal dari sikap keberagamaan yang moderat (tengah),”ujarnya.

“Sikap moderat merupakan salah satu sikap Nabi Muhammad SAW yang patut diteladani karena beliau adalah sosok yang adil bagi kaumnya dan bagi orang lain. Dengan pengetahuan agama dan sastra yang mendalam, santri memiliki kepekaan perasaan, kejernihan pikiran, dan sikap egaliter yang kuat. Praktik moderasi beragama melalui literasi sastra Indonesia oleh santri di pondok pesantren berangkat dari tradisi pembacaan kitab yang dilaksanakan secara bandongan dan sorogan,” papar Prof Achid.

Ia menyatakan bahwa sastra Indonesia telah lama masuk dalam pondok pesantren melalui literasi kitab yang dibaca, dipelajari, dan dipahami oleh santri dalam bingkai pondok pesantren dan kebangaasan Indonesia.

“Sebab, tidak jarang kitab-kitab tersebut mengajarkan tentang wawasan bersosial dan problematika kehidupan yang dapat mengasah asumsi dan penalaran yang menjadikan santri dapat mengambil jalan tengah dan menjadikan ruang moderasi dalam bermasyarakat,” ungkapnya.

Prof Achid lahir di dusun terpencil Bluluk, Lamongan, Jawa Timur, 7 Oktober 1966. Ia adalah putra pertama dari empat bersaudara. Ibunya (Siti Herawati, binti Muhammad Usmuni, bin Muhammad Dahlan), dan ayahnya (Muhammad Abdul Basyir, bin Masyhuri Wiryosumarto, bin Kromodimejo, bin Kartodimejo, bin Muhammad Muso Suromangunjoyo) seorang pedagang kecil, guru dan ketua yayasan di sebuah Madrasah kecil (Miftahul Amal).

Ia lulus Sarjana Sastra dan Magister Humaniora di UGM, kemudian lulus Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (15/1/2019).

Dia menjadi guru besar ataau profesor bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Islam Negeri (UIN) Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, dan sempat jadi Ketua Senat (periode 2019-2023).

Karya-karya bukunya cukup banyak. Di antaranya Kumpulan Sajak Nun (terbit 2018; menjadi Nominator Hari Puisi Indonesia 2020), Bunga Rampai Esai Sastra Pencerahan (terbit 2019; mendapatkan Penghargaan Tertinggi Majelis Sastra Asia Tenggara/ Mastera 2020, diberikan pada 7 Oktober 2021) dan Dimensi Profetik dalam Puisi Gus Mus: Keindahan Islam dan Keindonesiaan (2020).

Kemudian  Kumpulan Sajak Biyanglala (terbit 2020; menjadi Nominator Hari Puisi Indonesia 2022), Kumpulan Sajak Jalan Malam (terbit 2021; menjadi Nominator Khatulistiwa Literary Award 2022), Kumpulan Sajak Wasilah Sejoli (2022), dan Kumpulan Sajak Penyair Cinta (terbit 2022) mendapatkan Penghargaan sebagai Lima Buku Puisi Pilihan Hari Puisi Indonesia 26 Juli 2023).

Editor : Iman Nurhayanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network