PURWOKERTO, iNewsJatenginfo.id - Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Jebul Suroso menjadi narasumber dalam acara dialog Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) bertajuk 'Merawat Indonesia dari Banyumas, UMP Rumah Kemanusiaan'. Dalam dialog tersebut, Jebul sangat berharap aktivitas forum ini nantinya akan mendatangkan kebaikan.
Dalam pemaparannya, Rektor UMP Jebul Suroso mengatakan jika meminjam semangat ke Indonesiaan Prof Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ada syarat-syarat masa depan cerah Indonesia, yakni mengkonfirmasi bagaimana menempatkan dan mengaktualisasikan nilai dasar berbangsa Indonesia yaitu Pancasila, Agama dan Kebudayaan Luhur Bangsa.
“Masa depan Indonesia ditentukan oleh cara merawat hasil kemerdekaan. Harus disiapkan insan bangsa yang mampu dan berdaya saing,” kata Jebul kepada wartawan di Pendopo Si Panji, Rabu (14/12/2022).
Acara yang digelar oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) itu juga menghadirkan tokoh masyarakat dari berbagai suku. Acara tersebut juga sekaligus menjadi acara Pengukuhan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Banyumas Masa Bakti 2022-2027.
Lebih lanjut ia mengatakan, masa depan Indonesia adalah road map kebangsaan. Rancang bangun Indonesia yang tepat adalah bhinneka tunggal Ika bukan multikulturalisme. Bhinneka tunggal Ika sangat kaya karena didalamnya merupakan hasil pemikiran dari banyak tokoh bangsa.
“Ada kesamaan gerakan. Pertama adalah toleransi antar sesame. Kedua kerjasama untuk perdamaiaan dan ketiga ada kesetaraan hak hidup, dan indeks kerukunan umat beragama di Tahun 2021 termasuk kategori baik,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan ada tiga kunci utama Banyumas menjadi praktik baik merawat kebinnekaan, yaitu menggembirakan kebinekaan, melahirkan manusia pancasila yang berkelanjutan dan berkualitas serta memperkuat literasi kaum muda sebagai manusia pancasila dalam perkatan maupun perbuatan.
“Forum Pembauran Kebangsaan merupakan wadah informasi, Kerjasama dan kosultasi dengan tujuan memelihara keutuhan, menjaga kedaulatan. Tugasnya adalah menjaring aspirassi, dialog dengan pemuda Agama, Suku, Adat, dan sosialisasi kebijakan,” jelasnya.
Jebul menjelaskan jika UMP merupakan kampus yang menjunjung tinggi kebhinekaan. UMP menjadi kampus yang nyaman untuk para mahasiswa berasal dari berbagai daerah dan penjuru dunia dengan berbagai latar belakang ras, suku, dan agama.
“Internasionalisasi di Universitas Muhammadiyah Purwokerto juga terus menggeliat, mahasiswa dari berbagai negera memilih untuk kuliah di UMP,” jelasnya.
Dia mengungkapkan, jika melihat tahun politik dalam merawat Indonesia, dia mengamati jika di indeks kerukunan umat di tingkat nasional, angkanya terlalu tidak jelek. Selain itu aspek toleransi dalam indeks tersebut di masih di bawah 70 persen.
"Kalau kita kaitkan dengan tahun politik tentunya pemerintah berkeinginan tahun ini jadi tahun yang kondusif, menyambut tahun politik. Jadi menurut saya urgent juga disaat ancaman untuk terjadi disentegrasi, seandainya itu menjadi ancaman di saat tahun politik itu kan repot , makanya kita perlu merawat itu (keberagaman)," ujarnya.
Kepala Kesbangpol Eko Heri Surono mengatakan jika Forum Pembauran Kebangsaan (FKP) merupakan implementasi dari peraturan Kemendagri yang sudah lama, sekitar 15 tahun lebih. Namun demikian, jika dikaitkan dengan event 2023-2024, menurut dia itu sah saja.
"Tapi kami ingin mendasari sebelum pemilu ini kita harus menyegarkan semangat persatuan kebangsaan itu di Banyumas khususnya dan kita datangkan beberapa tokoh dalam acara ini," jelasnya.
Sementara menurut salah satu tokoh masyarakat dari komunitas Tionghoa, Tji Hak mengatakan jika berbicara merawat Indonesia dengan berbagai perbedaan suku ras dan agama. Kabupaten Banyumas menurut dia adalah kota yang paling nyaman, aman dan toleran.
"Banyumas untuk orang yang mencari makan, bekerja di Banyumas ataupun lahir di Banyumas, kalau menurut saya pribadi Banyumas itu merupakan suatu kota yang paling nyaman dan toleran," ucapnya.
Dia mencontohkan, selama dirinya berkeliling Indonesia, hanya ada di Purwokerto, Kabupaten Banyumas sekolah Kristen yang berdiri di lingkungan Kauman, yang notebene mayoritas penduduknya beragama muslim.
"Salah satunya selama saya berkeliling Indonesia, saya melihat berbagai keunikan di Banyumas, itu cerminan suatu toleran, yaitu adanya sekolah SD Kristen di Kauman yang notabene merupakan wilayah masyarakat muslim. Itu buktinya bahwa suatu toleransi yang tidak bisa di ganggu," ujarnya.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait