Jiwa nasionalisme dan ghirah (semangat) perjuangan Muhammadiyah dalam membangun bangsa Indonesia tidak pernah padam. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Ki Bagus Hadikusumo, Bung Karno, Soedirman, Djoeanda dan ratusan pejuang kemerdekaan RI maupun tokoh-tokoh bangsa yang berasal dari Muhammadiyah.
Pada jaman Orde Baru kita mengenal KH. Abdul Rozaq Fachruddin (Pak AR) yang hidupnya sangat sederhana, meski beliau menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah terlama (1968-1990).
Pada era reformasi, kita mengenal Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif (Buya Syafii) seorang akademisi, ulama, cendekiawan muslim yg sangat bersahaja hidupnya serta diterima oleh banyak kalangan. Buya Syafii adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah 1998-2005.
Apabila diminta membantu negara dan pemerintah, Muhammadiyah selalu menyiapkan kader dan warganya secara amanah, bertanggungjawab, profesional dan kompeten di bidangnya.
Kehadiran Presiden Timor Leste beberapa hari lalu ke kantor PP Muhammadiyah di Jakarta, setidaknya memberi informasi strategis, bagaimana kehadiran PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) di berbagai negara bisa diterima dengan lapang dada serta tangan terbuka. Bahkan Presiden Timor Leste berharap Muhammadiyah menjadi bagian dari bangsanya dalam pembangunan SDM di bidang pendidikan, kesehatan dan sosial. Padahal kita semua tahu rakyat Timor Leste mayoritas non muslim.
Sesuai tema Muktamar ke 48 di Solo November 2022 Muhammadiyah ingin menghadirkan ajaran Islam yang rahmat al-alamin. Yakni ajaran Islam yang mampu dihadirkan sebagai aksi nyata kehidupan dan menjadi rahmat bagi umat manusia dan seluruh makhluk semesta raya ciptaan Allah Swt. Sebuah laku sosial kemanusiaan yang universal, adil dan berkeadaban dalam mewujudkan tatanan global kehidupan antar bangsa se dunia.
Budaya Memberi
Sejak 1918, Muhammadiyah mendirikan Kweekshool Moehammadijah, yang bertahan hingga sekarang dengan nama Madrasah Muallimin Muhammadiyah di Jogjakarta. Gerakan Pembaharuan (tajdid) melalui AUM pendidikan berkembang pesat. Pada tahun 1930, Muhammadiyah telah memiliki 256 lembaga pendidikan. Sehingga hampir sebagian besar pejuang kemerdekaan dan pendiri Republik Indonesia pernah merasakan dan bersinggungan dengan sekolah Muhammadiyah.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait