SEMARANG. iNewsJatenginfo.id - Ketua PW Muhammadiyah Jateng Dr KH Tafsir memastikan, terjadinya Idul Adha 1443 yang berbeda, tentu bukan niat di antara para ulama untuk berbeda.
"Muhammadiyah tidak ingin berbeda dengan siapapun, tapi itulah agama, bersumber dari Syariah yang sama bisa menghasilkan pemahaman yang berbeda. Terlebih lagi kita belum ada titik kesamaan tentang definisi tanggal satu," kata Dosen UIN Walisongo Semarang itu Rabo (6/7)
Tapi dia merasa yakin, warganya sudah dewasa dengan perbedaan tersebut. Maka dia menjamin Insya Allah semua akan kondusif dan berjalan normal seperti tidak ada perbedaan.
Menurut Dr Tafsir, penentuan Idul Adha baik yang berpendapat jatuh pada Sabtu 9 Juli maupun Ahad 10 Juli, keduanya merupakan hasil ijtihad .
"Karena hasil ijtihad makan sifatnya relatif, sama sama Wallahu a'lam bishawab, hanya Allah yang tahu. Maka silahkan diamalkan sesuai keyakinan, tidak saling menyalahkan, tapi saling menghormati, yang salah yang tidak Shalat Idul Adha," katanya.
Kepada seluruh umat Islam, Tafsir memgajak mengamalkan dan mengambil hikmah Idul Adha, hikmah ibadah qurban, dan menyemarakkannya. "Perbedaan yang ada tidak mengurangi semangat ukhuwah Islamiah kita," katanya.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait