SURAKARTA, iNewsJatenginfo.id - Baju Ageman Songkok Singkepan Ageng yang dipakai Presiden Joko Widodo saat memimpin upacara HUT ke 78 RI di Istana, Kamis (17/8) memiliki makna dan filosofi yang tak lepas dari sejarah kerajaan Mataram.
Busana tradisional tidak hanya mewakili identitas budaya suatu daerah, tetapi juga mencerminkan kedudukan dan keagungan para pemimpin. Salah satu contoh busana tradisional yang kaya dengan nilai sejarah dan budaya yakni Baju Ageman Songkok Singkepan Ageng.
Makna dan Filosofi Baju Ageman Songkok Singkepan Ageng
Baju Ageman Songkok Singkepan Ageng merupakan busana tradisional Jawa yang biasa dipakai oleh Raja Pakubuwono, pemimpin kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Busana ini menggambarkan tingkat kebangsawanan dan kedudukan yang tinggi. Nama "Ageman" merujuk pada pakaian yang dikenakan oleh pangeran atau bangsawan, sedangkan "Singkepan Ageng" mengacu pada bentuk kerah besar yang menjadi ciri khas busana ini.
Baju Ageman Songkok Singkepan Ageng memiliki akar sejarah yang panjang dalam budaya Jawa dan dipercayai memiliki pengaruh dari berbagai elemen budaya lokal serta internasional.
Ciri Khas dan Desain
Baju Ageman Songkok Singkepan Ageng memiliki ciri khas yang mencolok dan unik. Busana ini terdiri dari beberapa komponen penting:
Singkepan Ageng
Merupakan bagian terpenting dari busana ini. Singkepan Ageng adalah kerah besar dan melengkung yang dikenakan di bagian leher dan dada. Bentuknya yang elegan dan anggun menjadi daya tarik utama busana ini.
Baju Ageman
Baju ini memiliki potongan yang longgar dan panjang, sering kali didekorasi dengan motif-motif tradisional atau bordir yang rumit.
Songkok
Selain baju, Songkok juga menjadi bagian integral dari busana ini. Songkok adalah tutup kepala yang biasanya berwarna gelap dan memiliki bentuk khas.
Itulah makna dan filosofi baju ageman songkok singkepan ageng. Semoga informasinya membantu.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait