PURBALINGGA, iNewsJatenginfo.id - Satu masalah kesehatan utama di Indonesia yakni stunting, masalah kurang gizi kronis yang terjadi karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Kondisi ini akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan yang lebih rendah dari standar usianya. Namun, sebagian masyarakat masih belum menyadari dan memahami kondisi ini.
Dilansir dari p2tm.kemenkes.go.id, kondisi tubuh yang lebih pendek dari standar usianya seringkali dikaitkan dengan faktor keturunan atau genetik orangtua. Padahal, faktor genetik ini memberikan pengaruh paling kecil, dibandingkan faktor lainnya seperti lingkungan dan pelayanan kesehatan. Sehingga kondisi stunting ini sebenarnya masih bisa dicegah.
Hal ini yang membuat dosen keperawatan anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Ns. Nopi Nur Khasanah, M.Kep., Sp.Kep.An ini melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada siswa di SD Negeri 3 Kutawis, Senin (26/9/2022) kemarin.
Menurutnya pendidik, orangtua, dan anak sendiri harus memahami kondisi kesehatan mereka. Pendidik dan orangtua harus terus berupaya mencegah kondisi stunting pada anak dengan rutin melakukan pengecekan berat badan dan mengukur tinggi badan.
Dalam kesempatan tersebut ia mengarahkan bagaimana cara mengukur tinggi dan berat badan ideal sesuai standar P2TM Kemenkes. Bagaimana menjaga kesehatan dan pola makan yang baik supaya badan tumbuh dengan maksimal.
"Karena salah satu kunci untuk memantau gejala stunting pada anak dengan rutin melihat pertumbuhan mereka. Jangan sampai orangtua termasuk guru lalai dengan kondisi kesehatan anak-anak," katanya.
Memantau dan mengukur setiap pertumbuhan anak ini merupakan satu hal yang sangat penting. Ia berharap, kondisi kesehatan anak-anak Indonesia semakin baik.
Sebab, menurut data Riskesdas, prevalensi stunting pada balita telah mengalami penurunan dari 37,2% di tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018.
"Dengan semakin pedulinya orangtua dan guru dalam memantau pertumbuhan anak, harapannya kasus stunting di Indonesia khususnya di Kabupaten Purbalingga pun berkurang," katanya.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait