BANJARNEGARA, iNewsJatenginfo.id - Ini adalah kisah anak-anak sekolah dasar (SD) yang bertaruh nyawa, karena harus menyeberangi sungai untuk ke sekolah. Lokasinya berada di Dusun Panggung, Desa Duren, Kecamatan Pagedongan, Kabupaten Banjarnegara.
Padahal Sungai Mondo yang biasa diseberangi anak-anak sekolah tersebut, arusnya cukup deras. Apalago, kalau hujan di mana volume air sungai setempat mengalami peningkatan signifikan.
Para siswa terpaksa menyerangi dengan menenteng sepatu agar tidak basah. Mereka nekad seperti itu tiap hari karena tidak ada jembatan penghubung antara dusunnya dengan sekolah.
Bahkan, kalau air sungainya kencang karena hujan deras, para siswa terkadang tidak berangkat ke sekolah.
Ketinggian air saat normal berkisar antara 30 hingga 50 sentimeter, namun saat kondisi hujan debit air bisa naik dengan cepat mencapai ketinggian 3 meter.
Tidak jarang rok dan celana seragam siswa pun harus basah karena air sungai.
Perjuangan tidak berhenti di situ. Setelah menyeberang Sungai Mondo, mereka harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer (km) agar dapat sampai sekolah.
Sungai dengan lebar 10 meter ini menjadi satu-satunya menuju SDN 3 Lebakwangi, sekolah paling dekat dengan Dusun Punggung.
Untuk pindah ke sekolah lain, warga harus memutar jalan kaki lebih dari satu jam perjalanan.
“Sudah sejak dulu belum pernah ada jembatan yang dibangun sebagai akses jalan warga dusun,” kata Eni, orang tua siswa, Rabu (20/7).
Dusun terpencil tersebut hanya dihuni 9 kepala keluarga ini harus rela menyeberangi sungai untuk beraktivitas, baik untuk ekonomi, kesehatan dan pendidikan.
“Tak jarang sepeda motor yang menyeberang harus mogok karena mesin terendam air,”katanya.
Kondisi geografis dan minimnya infrastruktur membuat pihak sekolah memberi pemakluman terhadap siswa asal Dusun Punggung yang harus berjuang untuk bisa sampai ke sekolah.
“Ketika banjir tiba, siswa asal Punggung terpaksa tidak berangkat sekolah karena membahayakan keselamatan,” salah seorang guru SDN 3 Lebakwangi, Suyitno.
Warga yang hanya berjumlah 9 kepala keluarga di dusun setempat tetap memohon supaya ada akses jalan dan jembatan. Bukan apa-apa, supaya para siswa yang berangkat ke sekolah tidak lagi menyeberangi sungai. Warga juga akan lebih gampang keluar dusun.
Editor : Iman Nurhayanto
Artikel Terkait